Operator Seluler Bisa Turunkan Tarif untuk Genjot Pendapatan

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 27 Desember 2021 | 10:53 WIB
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan harga layanan data dinilai tidak serta merta merugikan operator. Penurunan tersebut dibarengi dengan peningkatan penggunaan layanan yang makin besar di masyarakat, yang justru berpotensi menaikkan pendapatan operator.

Operator seluler berpeluang mendorong masyarakat untuk makin konsumtif dengan tarif terjangkau yang diberikan.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan penurunan harga layanan untuk kecepatan atau kuota yang sama sedang terjadi di masyarakat saat ini.

Penurunan tersebut, menurutnya, tidak membuat operator seluler langsung merugi, karena pada waktu yang sama penggunaan layanan data oleh pelanggan tetap sama bahkan naik, karena kuota menjadi cepat habis.

"Permainan harga seperti itu. Yang dikejar pengeluaran masyarakat tidak berubah bahkan naik," kata Heru, Minggu (26/12/2021).

Heru mengatakan operator membuat seolah-olah dengan membayar lebih rendah, masyarakat mendapatkan kuota dan kecepatan yang sama. Padahal tidak sepenuhnya benar.

Dia mengatakan dengan model kuota sebenarnya pendapatan operator meningkat karena kebutuhan data besar. Heru memperkirakan strategi seperti itu masih akan terus terjadi ke depan.

Heru juga menjelaskan bahwa masyarakat tidak bisa mengetahui mahal atau murah kondisi tarif di Indonesia saat ini. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sebagai regulator telekomunikasi, tidak pernah melakukan perhitungan mengenai ongkos sesungguhnya layanan internet.

"Harusnya dihitung agar semua tahu apakah tarif kita kemurahan atau bahkan mahal dibanding kemampuan beli masyarakat. Apalagi akses internet telah menjadi bagian dari HAM," kata Heru.

Sebelumnya, Ketua Umum Mastel Sarwoto Atmosutarno mengatakan berdasarkan perbandingan yang dilakukan Mastel, harga layanan internet Indonesia termasuk dalam kategori terjangkau.

Dia menuturkan di tengah stagnasi pertumbuhan pendapatan penyedia layanan seluler, Indonesia memiliki tarif rata-rata terendah untuk internet bergerak berbasis volume yaitu senilai Rp5.450/GB (US$0,31/GB) pada 2020.

Tarif rata-rata Indonesia turun Rp700 dibandingkan dengan 2019 yang mencapai Rp6.150/GB (US$0,43/GB).

“Tarif mobile broadband Indonesia ini mengalami penurunan dibandingkan dengan 2019,” kata Sarwoto.

Sementara itu untuk layanan internet tetap (fixed broadband), kata Sarwoto, industri terus berusaha melakukan penurunan harga layanan sesuai dengan tingkat kéekonomian.

Merujuk survei yang dilakukan oleh Cable.co.uk pada 2019, rata-rata harga layanan internet tetap di Indonesia senilai US$29,01 atau sekitar Rp414.400 per bulan. Indonesia menempati urutan ke-53 dari 211 negara dengan harga layanan internet termurah.

“Mastel melihat telah ada upaya yang telah dilakukan oleh para penyelenggara, yang sebagian besar merupakan anggota Mastel, untuk terus menurunkan tarif sesuai tingkat keekonomian,” kata Sarwoto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper