Jaringan Resiliensi Cocok untuk di Kawasan Rawan Bencana

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 6 Desember 2021 | 19:08 WIB
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan jaringan di kawasan rawan bencana tidak cukup hanya dengan satu lapisan atau satu ring.

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan dalam membangun sebuah jaringan di suatu kawasan rawan bencana, perusahaan telekomunikasi perlu mempertimbangkan konsep network resilience.

Konsep network resilience atau jaringan resiliensi adalah sebuah konsep jaringan dengan toleransi kegagalan yang rendah. Jaringan dengan konsep tersebut dapat pulih dengan cepat ketika terjadi sebuah kendala atau permasalahan.

“Dengan kata lain apabila terjadi gangguan pada daerah rawan bencana, akan memiliki cadangan jaringan yang secara adaptif terbentuk, sehingga jaringan tetap tersedia,” kata Ian, Senin (6/12/2021).

Adapun mengenai jumlah ring, kata Ian, umumnya memiliki satu ring cadangan. Namun untuk jaringan yang lebih andal, membutuhkan ring lebih dari satu agar pemulihan jaringan tidak hanya cepat, juga kualitas terjaga.

Implementasi jaringan resiliensi tidak mudah. Ian menuturkan tantangan dalam menggelar jaringan resiliensi berada pada biaya dan waktu penggelaran jaringan.

Jika operator dahulu hanya mengeluarkan biaya untuk membangun satu ring jaringan, dalam konsep jaringan resiliensi ongkos yang dikeluarkan bisa dua kali lipat, atau minimal mereka harus menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi lainnya.

“Selain itu karena melalui beberapa lokasi geografis yang berbeda, sehingga perlu tim pendukung yang tersebar juga,” kata Ian.

Lebih lanjut mengenai frekuensi kebencanaan, kata Ian, sebenarnya bisa menggunakan frekuensi dengan bantuan operator ataupun dengan frekuensi khusus.

“Sebaiknya melibatkan operator karena mereka memiliki kelebihan baik dari SDM dan pengalaman serta lokasi yang tersebar,” kata Ian.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi mengatakan erupsi Gunung Semeru berdampak terhadap pasokan arus listrik dan infrastruktur telekomunikasi.

Erupsi Gunung Semeru, kata Dedy, telah memutus jaringan tulang punggung milik Telkom, Biznet, dan Fiberstar, yang merupakan jaringan tulang punggung untuk layanan seluler.

“Erupsi Gunung Semeru memutus jaringan kabel telekomunikasi [backbone] operator seluler,” kata Dedy.

Dedy mengatakan proses pemulihan sedang dilakukan, namun terkendala kondisi wilayah yang masih berbahaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper