Bisnis.com, JAKARTA - Pesawat tempur siluman F-35B Korps Marinir AS telah melakukan uji coba perdana peluncuran bom presisi Raytheon StormBreaker untuk pertama kalinya.
Setelah Lockheed Martin F-35B melepaskan senjata, Boeing F/A-18F Super Hornet di dekatnya memantau bom menggunakan “jaringan umum” dan amunisi berhasil mengenai sasarannya, kata Raytheon pada 29 November.
Selain menguji pelepasan bom yang aman, demonstrasi yang berlangsung di Pangkalan Udara Angkatan Laut Sungai Patuxent, Maryland, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa senjata itu dapat dihubungkan ke jaringan.
Departemen Pertahanan tertarik untuk membangun jaringan bom dan rudal sehingga senjata dapat mengoordinasikan serangan secara mandiri. Senjata yang dapat berkomunikasi mungkin juga dapat dipandu ke targetnya oleh sensor di beberapa pesawat, dan memberikan amunisi koordinat yang lebih tepat atau informasi cadangan jika tautan datanya dengan satu pesawat hilang.
StormBreaker adalah bom berpemandu presisi dengan sepasang sayap yang memungkinkannya meluncur hingga 35nm (64km) setelah dilepaskan dari pesawat. Kemampuan senjata untuk meluncur ke sasarannya dimaksudkan untuk membantu menjaga pesawat dari jangkauan senjata musuh, misalnya serangan rudal.
Bom seberat 93kg (204lb) itu mendapatkan namanya dari kemampuannya untuk terbang melalui cuaca buruk, kegelapan, asap atau debu. Dia mampu mencapai target yang bergerak meskipun visibilitasnya buruk dengan mengandalkan sensor inframerah, radar gelombang milimeter dan laser semi-aktif, serta panduan sistem navigasi GPS dan inersia, kata Raytheon.
“Fleksibilitas operasional senjata meningkatkan kemampuan dan kapasitas F-35, dan ini membantu membatasi waktu yang dihabiskan para pejuang kita dalam bahaya,” kata Alison Howlett, direktur program StormBreaker di Raytheon Missiles & Defense dilansir dari Fligjt Global
“StormBreaker memungkinkan pilot untuk mencapai target bergerak dalam kondisi cuaca buruk, yang telah diandalkan musuh kami di masa lalu untuk menghindari deteksi.” tambahnya.
Angkatan Laut AS berencana untuk melanjutkan pengembangan dan pengujian operasional untuk membuktikan keamanan dan kinerja StormBreaker. Layanan ini juga saat ini sedang menguji coba bom luncur di Super Hornet, kata Raytheon.
Pada tahun 2020, Angkatan Udara AS menyetujui StormBreaker untuk penggunaan operasional di atas Boeing F-15E Strike Eagle.