Satria Tak Butuh Satelit Cadangan Khusus, Ini Penjelasannya

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 15 November 2021 | 17:42 WIB
Ilustrasi satelit/NASA
Ilustrasi satelit/NASA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat telekomunikasi menilai satelit yang beroperasi di angkasa tidak membutuhkan satelit khusus sebagai cadangan kapasitas.

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan mengatakan umumnya satelit yang mengorbit, tidak ‘ditemani’ oleh satelit kosong atau satelit khusus sebagai cadangan.

Dalam beberapa kasus, satelit cadangan adalah satelit yang juga sedang mengorbit di angkasa. Para pemain satelit saling bertukar kapasitas atau swap, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

“Tidak ada satelit cadangan karena satelit itu mahal, yang ada adalah clustering. Dua satelit dioperasikan oleh satu sistem sehingga jika ada masalah bisa repointing [pengalihan] ke satelit yang lain,” kata Ariyanto, Senin (15/11/2021).

Meski demikian, kata Ariyanto, dengan bersandar pada satelit aktif sebagai kapasitas cadangan, kapasitas yang bisa dipulihkan oleh satelit aktif tersebut tidak akan maksimal. Penyebabnya, beban satelit aktif atau kapasitas yang terpakai oleh satelit aktif sudah besar.

Misalnya, Telkom dan BRI memiliki satelit aktif. Telkom meminta sebagian kapasitas satelit BRI dikosongkan agar dapat menjadi cadangan kapasitas ketika satelit Telkom gangguan. Begitupun sebaliknya. Artinya, ketika satelit Telkom bermasalah maka hanya sebagian layanan yang dapat dibantu atau dibackup oleh satelit BRI.

Sementara itu, jarang ada satelit yang mengorbit dengan status kosong atau ditujukan khusus sebagai cadangan bagi satelit lain.

“Intinya akan rugi kalau hanya stand by satelitnya. Pasti yang terjadi adalah dua-duanya aktif,” kata Ariyanto.

Sebelumnya, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menggelar lelang pengadaan proyek satelit cadangan atau Hot Backup Satelit untuk Satelit Multifungsi Satria. Satelit cadangan tersebut rencananya memiliki kapasitas sebesar 80 Gbps atau setengah dari kapasitas Satelit Satria.

Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan Bakti dan mitra sedang mengkaji mengenai pengadaan satelit cadangan untuk high throughput satellites (HTS).

Bakti belum memutuskan apakah akan membangun ulang unit satelit baru, atau menyewa kapasitas satelit yang ada saat ini untuk cadangan satelit Satria.

“Hot Back-up Satellite betul digunakan sebagai cadangan bagi Satelit SATRIA 1. Namun, bukan berarti akan membangun ulang unit satelit baru,” kata Anang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper