Bisnis.com, JAKARTA – Platform media sosial, Facebook menanggapi kritikan atas tudingan sengaja membiarkan konten ujaran kebencian eksis untuk mendapatkan keuntungan.
Hal tersebut diungkap oleh mantan manajer produk Facebook Frances Haugen yang mengatakan jika Facebook memanfaatkan algoritmanya untuk menghasilkan banyak konten ujaran kebencian yang disukai pengguna.
Namun, dikutip melalui Slashgear VP of Integrity Facebook Guy Rosen mengatakan konten ujaran kebencian sudah menurun drastis hanya dalam waktu singkat sekitar tiga bulan dengan penurunan prevalensi hampir 50 persen selama beberapa kuartal terakhir.
“Ujaran kebencian hanya menyumbang sekitar 0,05% dari konten yang dilihat penggunanya. Ini berarti hanya sekitar 5 akun yang melihat untuk setiap 10.000 akun pengguna, tulisnya seperti dikutip Bisnis, Rabu (20/10/2021)
Lebih lanjut, Guy mengatakan tengah berfokus secara proaktif menggunakan berbagai teknologi untuk mendeteksi konten bermasalah dan mengirimkannya ke verifikator atau yang mengulas konten tersebut untuk kemudian dihapus.
"Kami tidak ingin melihat kebencian di platform kami, begitu pula pengguna atau pengiklan kami, dan kami transparan tentang pekerjaan kami untuk menghapusnya. Meskipun kami tidak akan pernah sempurna, tim kami terus bekerja untuk mengembangkan sistem kami, mengidentifikasi masalah, dan membangun solusi," katanya.
Dia melanjutkan, terdapat ambang batas yang tinggi dalam menghapus konten secara otomatis, khususnya ujaran kebencian.
"Kami memiliki ambang batas yang tinggi untuk menghapus konten secara otomatis. Jika tidak, kami berisiko membuat lebih banyak kesalahan pada konten yang terlihat seperti ujaran kebencian tetapi sebenarnya tidak, merugikan orang yang kami coba lindungi, seperti mereka yang menggambarkan pengalaman dengan ujaran kebencian atau mengutuknya," ujarnya.