Bisnis.com, JAKARTA - PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) menilai bisnis satelit memiliki prospek cerah. Dengan menjadi pemegang saham mayoritas di PT Indo Pratama Teleglobal, Moratelindo berharap dapat meningkatkan pendapatan dari layanan internet satelit.
Moratelindo membidik puluhan korporasi di sektor perkebunan, perhutanan, pertambangan dan lain sebagainya, yang selama ini kesulitan mendapatkan internet dari akses serat optik.
Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) Galumbang Menak mengatakan saat ini Moratelindo telah bekerja sama dengan tiga perusahaan penyedia layanan satelit.
Setelah mengakuisisi Indo Pratama Teleglobal, kata Galumbang, Moratelindo akan terus mengembangkan layanan satelit, bekerja sama dengan para penyedia layanan internet berbasis satelit. Terlebih harga layanan internet satelit saat ini masih tinggi, di tengah permintaan terhadap layanan satelit yang terus melonjak.
“Secara pendapatan satelit juga mahal. Katakanlah serat optik harganya hanya beberapa puluh ribu rupiah per Mbps, satelit bisa mencapai berapa juta untuk beberapa Mbps,” kata Galumbang kepada Bisnis.com, Rabu (29/9/2021).
Galumbang mengatakan meski lokasi yang belum terjangkau serat optik di suatu wilayah hanya 5 - 10 persen, tetapi dengan harga layanan satelit yang masih tinggi, bisnis satelit menguntungkan. Sebagai gambaran, jika Moratelindo memiliki kapasitas 10Gbps untuk serat optik, maka pendapatan yang diperoleh hanya sekitar Rp1 miliar per bulan, karena harga layanan serat optik lebih terjangkau.
Sementara itu jika layanan internet berbasis satelit, 100 Mbps saya sudah mencapai Rp1 miliar pendapatan yang diterima oleh Moratelindo, karena harga layanan satelit masih tinggi.
“Jadi harga layanan satelit itu bisa di atas 50 kali lipat dari harga layanan serat optik,” kata Galumbang.
Selain itu, kata Galumbang, untuk menjangkau daerah rural perawatan satelit juga lebih murah dan lebih kecil risiko kerusakannya dibandingkan dengan serat optik. Satelit berada di angkasa dan jauh dari ancaman manusia dan faktor alam seperti gempa bumi, banjir, longsor, dan lain sebagainya.
Satelit juga lebih cepat penggelarannya dibandingkan serat optik yang membutuhkan perizinan dan proses yang panjang.
“Faktanya medannya sulit dan biayanya mahal untuk gelar serat optik ke kota-kota kecil. Jangan-jangan biaya perawatan serat optik tidak lebih mahal dibandingkan dengan pendapatannya,” kata Galumbang.
Meski memiliki banyak keunggulan, kata Galumbang, satelit memiliki kekurangan perihal kapasitas. Layanan internet satelit mampu untuk mengoperasikan perangkat internet of things yang terdapat di perkebunan, mendukung komunikasi pesan dan suara, juga untuk mengirim surel.
Hanya saja jika digunakan untuk menonton video, kapasitas satelit tidak cukup. Pengguna tidak bisa berharap banyak.
“Kapasitas Satelit Satria saja kemungkinan 2 Mbps per titik. Jika dipaksa untuk menonton video impossible. Tetapi paling tidak bisa Whatsapp, browsing dan lain sebagainya,” kata Galumbang.