Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya tren perawatan dan kecantikan diri di tengah pandemi Covid-19 ikut menyuburkan pertumbuhan startup kecantikan di Indonesia. Sayangnya, hingga kini belum ada satupun startup kecantikan yang menyandang status unikorn.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan bahwa tidak semua bisnis bisa disejajarkan dengan startup digital.
“Startup kecantikan tidak harus dibuat platform digital, karena mereka sudah laku. Maka tidak perlu status unikorn,” katanya pada Bisnis, Minggu (19/9/2021).
Tesar menjelaskan, startup kecantikan tidak perlu jadi unikorn karena komunitasnya akan tetap berjalan tanpa bantuan digital.
Bahkan, perusahaan rintisan kecantikan juga punya keuntungan yang mungkin lebih bagus dibandingkan dengan startup yang telah unikorn.
Hal itu dikarenakan startup kecantikan punya potensi bisnis yang dapat berjalan normal, sehingga tidak terlalu membutuhkan pendanaan.
Startup kecantikan juga, kata dia, mampu menjalankan model bisnis perusahaan yang normal dan melakukan penawaran umum perdana atau IPO.
Di Indonesia sendiri saat ini telah ada beberapa startup digital yang berperan sebagai marketplace dari produk kecantikan, seperti Sociolla, Base, Story, dan lainnya.
Namun, kehadirannya masih kalah saing dengan marketplace atau e-commerce umum yang turut menjual kosmetik. Apalagi, jika layanan e-commerce tersebut menawarkan produk yang sama dengan harga yang lebih murah.
Oleh karena itu, Tesar menyarankan agar startup kecantikan memiliki model bisnis yang tepat selain membakar uang. Misalnya, langsung bekerja sama dengan pabrik kosmetik, sehingga harganya bisa jauh lebih murah.
Selain itu, startup kecantikan juga harus menawarkan produk eksklusif yang tidak dijual di e-commerce, maka pembeli hanya mampu mendapatkan produk di platform tersebut.
“Startup kecantikan harus bisa membuat branding produknya lebih keren, bukan hanya dari sisi teknologinya saja. Selama produknya mirip dengan marketplace, itu tidak akan survive pasti akan kalah. Apalagi, orang Indonesia pandai mencari barang murah ada dimana. Intinya jika produknya umum dan tidak khusus, maka mereka tidak akan bertahan,” ucapnya.