Bisnis.com, JAKARTA –Perkembangan teknologi finansial yang masif mendorong berkembangnya startup insurtech untuk menghadirkan layanan asuransi digital.
Adapun, sejumlah perusahaan rintisan di Indonesia berbasis aplikasi yang fokus pada bisnis asuransi antara lain Qoala, PasarPolis, RajaPremi, Lifepal dan sebagainya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan peluang startup insurtech saat ini cukup besar.
“Data menunjukkan jika masih sedikit orang Indonesia yang memilki asuransi kesehatan. Hanya ada satu dari tiga orang yang memiliki asuransi kesehatan. Yang memiliki asuransi jiwa juga ternyata lebih sedikit dari asuransi kesehatan,” katanya pada Bisnis, Rabu (15/9/2021).
Bhima menjelaskan banyak jenis asuransi yang dibutuhkan baik untuk segmen individu maupun perusahaan. Dengan kebutuhan tersebut, maka peluang pemasaran startup insurtech masih luas di Indonesia. Apalagi, teknologinya mudah diakses 24 jam.
Tak hanya itu, startup asuransi juga mampu menawarkan sesuai dengan minat konsumen yang bisa dimodifikasi.
Berdasarkan data dari Statista, penetrasi ponsel pintar di Indonesia diprediksi mencapai 76 persen dari total penduduk Indonesia pada 2021. Hal ini pun menjadi peluang bagi bertumbuhnya insurtech.
Selama pandemi ini isu kesadaran kesehatan meningkat sehingga penjualan polis asuransi juga meningkat. Bahkan, generasi milenial juga sudah mulai sadar untuk membeli asuransi.
Bhima menyarankan startup asurasi bisa mencoba menjadi supermaket asuransi seperti di negara lain. Caranya dengan menggandeng beberapa perusahaan asuransi untuk menawarkan polis masing-masing perusahaan pada platform. Lalu, calon nasabah akan melihat dan memilih mana produk polis mana yang layak di beli.
“Kalau melihat banyak peluang dari insurtech, bukan tidak mungkin Indonesia melahirkan unikorn baru ke depannya,” tutup Bhima.