Investasi Startup, Gojek dan Grab Tiru Microsoft hingga Google

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 9 September 2021 | 16:56 WIB
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas pendanaan yang dilakukan oleh raksasa ride hailing seperti Gojek dan Grab, kepada perusahaan rintisan dengan vertikal unik diperkirakan untuk memperkuat ekosistem yang mereka miliki. Gojek dan Grab merupakan dekakorn yang memiliki banyak aplikasi (superapps) dan ekosistem.

Pendanaan tersebut dilakukan karena secara ukuran perusahaan, Gojek dan Grab sudah sangat besar. Mereka telah melewati fase perusahaan rintisan, unikorn, dekakorn dan masuk sebagai investor startup untuk memperkuat ekosistem super aplikasi yang dimiliki.

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan langkah yang diambil merupakan hal wajar dan juga dilakukan oleh raksasa teknologi lainnya di Eropa dan Amerika Serikat.

“[Langkah itu] mirip dengan perusahaan teknologi konvesional seperti Microsoft, Google ataupun Apple,” kata Dianta, Kamis (9/9/2021).

Sekadar informasi, Google dan Microsoft termasuk dalam kategori raksasa teknologi yang gencar berinvestasi ke perusahaan rintisan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk ke Indonesia.

Berdasarkan catatan Bisnis, pada November 2020, Google dan Temasek telah berinvestasi ke Tokopedia dengan nilai sekitar US$300 juta. Google juga pernah terlibat dalam pendanaan senilai US$1 miliar kepada Gojek.

Google juga aktif terlibat dalam menggelar program akselerator di mana pada tahun ini terdapat delapan perusahaan rintisan yang terpilih mendapat pelatihan dan koneksi untuk mendapat pendanaan.

Adapun mengenai tantangan, kata Dianta, sama seperti dengan investasi pada perusahaan rintisan baru pada umumnya di mana risiko kegagalan pada startup tahap awal masih tinggi.

“Tantangan adalah risiko kegagalan juga tinggi,” kata Dianta.

Dia berpendapat strategi investasi antara investor murni dengan unit usaha permodalan ride hailing berbeda. Dalam kasus investor murni, pendanaan ke perusahaan rintisan dengan model atau sektor dan unik bertujuan untuk melahirkan solusi teknologi baru dalam kehidupan.

“Perusahaan Investor akan memberikan investasi ke startup yang akan menguntungkan di masa depan,” kata Dianta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper