Tren IPO Startup Menghangat, Persaingan Makin Ketat

Akbar Evandio
Selasa, 31 Agustus 2021 | 06:45 WIB
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) yang dilakukan sejumlah perusahaan rintisan non-unikorn diyakini memperketat persaingan antarpemain.

Sejumlah perusahaan rintisan yang mengungkapkan rencana mereka untuk melakukan penawaran saham perdana adalah RUN System, Blibli, Tiketcom, Dekoruma, Tani Hub, dan GoTo.

Centaur atau calon unikorn adalah kategori untuk startup dengan valuasi US$100 juta—US$999 juta. Dalam laporan DSInnovate Startup Report pada 2019, tercatat ada 27 centaur dari perusahaan rintisan yang berbasis di Indonesia. Adapun, pada 2020 meningkat menjadi 43 startup.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira meyakini perusahaan rintisan yang belum berstatus unikorn melihat antusiasme positif di pasar saham sebagai katalis positif untuk turut melakukan aksi IPO.

“Pemain melihat adanya penambahan investor ritel yang naik signifikan selama masa pandemi. Kemudian dibarengi investor asing yang lakukan pembelian bersih [nett buy] saham Rp11,9 triliun dalam 3 bulan terakhir justru di saat PPKM darurat dan level 4 diberlakukan,” katanya, Senin (30/8/2021).

Alhasil, Bhima menilai saat ini adalah momentum yang tepat untuk melakukan aksi IPO. Adapun pada 2022, katanya, tantangan lebih kompleks yang mengiringi aksi tersebut adalah risiko capital outflow merespons tapering off The Fed serta ketidakpastian yang tinggi di pasar.

Bhima melanjutkan kelebihan yang dimiliki oleh startup non-unikorn adalah valuasi yang lebih rendah membuat harga saham cenderung lebih terjangkau oleh investor ritel.

“Kemarin waktu IPO Bukalapak investor ritel berminat tapi melihat harga per sahamnya Rp850 akhirnya out of reach /di luar jangkauan alokasi dana. Tapi kalau ada startup yang IPO kemudian harga sahamnya lebih rendah misalnya Rp100-300 per lembar, mungkin ceritanya beda,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan investor diperkirakan lebih selektif selain persoalan harga per lembar saham karena prospek startup memiliki perbedaan di setiap segmennya.

Sebagai contoh, dia mengatakan startup di bidang dagang elektronik (e-commerce) mungkin jenuh karena persaingan lebih mengerucut pada pemain top seperti Tokopedia dan Shopee.

Namun, perusahaan rintisan bidang pendidikan akan diminati seiring persaingan yang belum terlalu ketat, serta prospek jangka panjang masih menarik.

Karena itu, Bhima menilai analisis terhadap prospek usaha, tim manajemen, hingga inovasi layanan tetap jadi prioritas di mata investor. Karena banyaknya startup yang ingin melantai di bursa, persaingan mendapat pendanaan juga makin ketat.

“Dampak dari startup yang IPO adalah persaingan akan mengarah pada the winner takes all, kekuatan modal menjadi penentu kemenangan di masing-masing sektor digital,” katanya.

Bhima pun memprediksi di segmen dagang-el akan ada 2—3 pemain besar. Adapun, pemain lain akan berguguran karena sulit mencari pendanaan. Startup yang terlambat IPO akan ditinggalkan oleh investor.

Menurutnya, IPO merupakan sarana penguatan brand sehingga startup lebih dikenal oleh berbagai kalangan. Alhasil, eksternalitas positif dari IPO membuat generasi milenial dan gen Z makin familiar dengan nama-nama perusahaan rintisan.

“Sekarang mau tidak mau konsumen dan investor yang lebih senior dari gen X dan baby boomers turut menjadi tertarik dengan startup,” ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper