MDI Venture Nilai Pertumbuhan Unikorn di Indonesia Masih Kategori Sehat

Akbar Evandio
Rabu, 25 Agustus 2021 | 23:20 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup yang menyandang status unikorn di Indonesia diyakini masih dalam kategori sehat.

Vice President of Investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengatakan bahwa pergerakan perusahaan Indonesia untuk naik level dan menyandang gelar unikorn terus membaik. Hal itu dibuktikan pada 2021 tercatat ada dua unikorn hadir di Indonesia, mulai dari J&T Express dan OnlinePajak.

“Indonesia terus membenahi tantangan yang dibutuhkan, mulai dari infrastruktur dan penetrasi internet yang lebih merata, serta kebutuhan talenta digital yang berkualitas dengan menyesuaikan kurikulum digital di bangku pendidikan dan menghadirkan pelatihan serta program inkubasi,” tuturnya, Rabu (25/8/2021).

Berdasarkan data CB Insight, jumlah startup di Asia Tenggara yang berada pada tahap unikorn dan di atasnya, yakni dekakorn saat ini berjumlah 21 entitas dengan perincian 17 unikorn dan 4 dekakorn.

Laporan tersebut juga mencatatkan bahwa Singapura menjadi Negara dengan penyumbang startup berstatus unikorn dan dekakorn terbanyak, yaitu 11 perusahaan dengan perolehan 3 dekakorn dan 6 unikorn.

Sementara itu, Indonesia menyumbang tujuh perusahaan rintisan yang telah menyandang gelar unikorn dan dekakorn, yaitu Gojek sebagai dekakorn. Adapun, keenam unikorn tersebut adalah Tokopedia, Bukalapak, J&T Express, Traveloka, OVO, dan OnlinePajak.

Menanggapi fenomena tersebut, Aldi menyebutkan bahwa kebanyakan perusahaan Singapura melakukan ekspansi ke negara lain, sehingga membuat modal ventura yang berfokus untuk mendanai unikorn melirik mereka.

“Ada alasan kenapa beberapa negara bisa lebih kencang, karena investor yang lebih aktif menyuntikan dana. Salah satu kecepatan unikorn terletak dari pendanaan. Modal ventura di Indonesia masih berfokus untuk menyasar perusahaan rintisan di level benih hingga centaur,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, untuk modal ventura di Indonesia yang menyasar pendanaan ke unikorn masih sedikit dan masih bertumbuh jumlahnya.

Multiplikasi diduga jadi salah satu penyebabnya. Menurutnya, multiplikasi membuat nilai perusahaan rintisan jadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah berada di level unikorn.

Seperti yang diketahui, model investasi modal ventura yakni dengan memberi manfaat kepada banyak perusahaan rintisan melalui modal yang dimiliki.

Sementara itu, unikorn dinilai sudah punya tingkat valuasi yang cukup tinggi sehingga sulit bagi modal ventura untuk mencapai multiple seperti ketika berinvestasi di tahap awal.

“Pertumbuhan unikorn di Indonesia memang lebih membutuhkan waktu, karena pendapatan per user di setiap negara berbeda, sehingga spending dan capital size masyarakat juga turut menjadi alasan kecepatan pertumbuhan unikorn,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Lili Sunardi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper