2Penyebab Terjadi Bulan Purnama Biru
Andi mengatakan "Umumnya, dalam sebuah musim astronomis (yang ditandai oleh solstis ataupun ekuinoks) dapat terjadi tiga kali Bulan Purnama. Hal ini dikarenakan durasi musim untuk musim gugur (belahan utara) dan musim dingin (belahan utara) rata-rata 89,5 hari, sedangkan durasi musim untuk musim semi (belahan utara) dan musim panas (belahan utara) rata-rata 93 hari.
Sedangkan rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis Bulan mengelilingi Bumi) sebesar 29,53 hari. Sehingga 89,5 : 29,53 = 3,03 atau dibulatkan menjadi 3. Akan tetapi, jika Bulan Purnama pertama terjadi berdekatan dengan awal musim astronomis, maka memungkinkan dalam sebuah musim astronomis terjadi empat kali Bulan Purnama. Bulan purnama ketiga dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali Bulan Purnama inilah yang disebut sebagai “Bulan Biru”".
Dalam kalender Masehi, ada tujuh bulan yang berumur 31 hari dan ada empat bulan yang berumur 30 hari. Nilai ini lebih besar dari rata-rata lunasi yakni 29,53 hari. Jika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi, maka memungkinkan dalam sebuah bulan di kalender Masehi terjadi dua kali bulan purnama. Bulan Purnama kedua dalam sebuah bulan di kalender Masehi inilah yang disebut juga sebagai “Bulan Biru”. Apakah bulan Februari memungkinkan terjadi Bulan Biru? Dikarenakan umur bulan yang lebih kecil dari 29,53 hari; maka bulan Februari TIDAK MEMUNGKINKAN terjadi Bulan Biru.
Pada tahun-tahun tertentu, bulan Februari tidak mengalami Bulan Purnama sama sekali. Fenomena ini disebut juga Bulan Hitam (Black Moon). “Bulan Hitam” memungkinkan terjadi jika pada bulan Januari dan Maret terjadi Bulan Biru. Bulan Biru yang terjadi dua kali dalam setahun disebut juga sebagai Bulan Biru Ganda (Double Blue Moon) dan tidak harus terjadi pada bulan Januari dan Maret saja akan tetapi dapat terjadi untuk bulan lainnya. Fenomena ini cukup langka terjadi, antara tiga hingga lima kali dalam satu abad. Fenomena “Bulan Biru Ganda” ini terakhir kali terjadi pada 2018 dan 1999, serta akan terjadi kembali pada 2037, 2075 (tidak dialami Amerika Selatan, Eropa, Afrika dan Australasia) serta 2094.
Mengapa Dinamakan “Bulan Biru”?
Bulan Biru hakikatnya TIDAK BENAR-BENAR BIRU! Asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.
Banyak orang meyakini istilah “Bulan Biru” yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan. Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.