PPKM Bisa Perlambat Penjualan Ponsel Kuartal III/2021

Akbar Evandio
Rabu, 18 Agustus 2021 | 19:45 WIB
Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020). Pemerintah beserta operator seluler sepakat akan tetap memberlakukan aturan blokir Internasional Mobile Equipment Identity (IMEI) mulai 18 April 2020 dalam upaya memberantas ponsel atau HP ilegal yang banyak beredar di pasaran./ANTARA FOTO-Septianda Perdana
Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020). Pemerintah beserta operator seluler sepakat akan tetap memberlakukan aturan blokir Internasional Mobile Equipment Identity (IMEI) mulai 18 April 2020 dalam upaya memberantas ponsel atau HP ilegal yang banyak beredar di pasaran./ANTARA FOTO-Septianda Perdana
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat di wilayah Jawa-Bali diyakini akan memperlambat pertumbuhan pasar ponsel Tanah Air.

Senior Research Manager, Client Devices, IDC Asia Pacific Kiranjeet Kaur mengatakan keadaan pasar ponsel pada kuartal III/2021 tidak berjalan sebaik kuartal kedua 2021, lantaran diliputi oleh ketidakpastian akan tantangan karena kekurangan pasokan dan masih belum pulihnya ekonomi dengan pandemi Covid-19 yang membayangi.

“Vendor memiliki tugas berat di depan. Mereka harus lebih gesit dari sebelumnya untuk menyesuaikan strategi mereka saat situasi pasar berubah. Menurut saya, vendor perlu menjangkau saluran yang lebih luas dan portofolio produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini,” tuturnya, Rabu (18/7/2021).

Berdasarkan data dari firma riset International Data Corporation (IDC) total pengiriman ponsel pintar (smartphone) pada kuartal II/2021 di Indonesia tumbuh 49 persen yang mencapai 10,6 juta unit karena penjualan dinilai tetap kuat untuk sebagian besar kuartal kedua.

Dia menjelaskan, dengan situasi PPKM yang terus diperpanjang memberikan pukulan berat bagi pangsa ponsel Tanah Air. Adapun, efek selanjutnya yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya produksi untuk vendor karena karena kekurangan komponen.

“Biasanya, vendor mencoba menyerap fluktuasi kecil di pasar, tetapi sekarang mereka mencapai titik di mana beberapa vendor mungkin harus menaikkan harga [ponsel] mereka,” katanya.

Selain itu, laporan tersebut juga menemukan bahwa rata-rata harga penjualan (average selling price/ASP) pada kuartal II/2021 turut mengalami penurunan menjadi US$172 dari US$178 pada kuartal I/2021.

Kaur menjelaskan sepanjang semester I/2021 terjadi pergeseran minat masyarakat untuk membeli ponsel untuk kelas bawah (low-priced). Hal ini didorong karena konsumen sadar akan menjaga pengeluaran berlebihan selama periode pendapatan yang kian tidak pasti.

“Vendor kini telah berhati-hati untuk menjaga harga [ponsel] tetap rendah meskipun tekanan biaya meningkat, tetapi mereka mungkin perlu menaikkan harga dalam beberapa bulan mendatang, jika mereka tidak mampu lagi menyerap kenaikan biaya,” ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper