Wow! Stasiun Bumi Satelit Satria Telan Rp115 Miliar per Titik

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 18 Agustus 2021 | 17:23 WIB
Proyek ruang kendali Stasiun Bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Proyek ruang kendali Stasiun Bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan stasiun bumi untuk gateway Satelit Satria menghabiskan dana hingga sekitar US$8 juta atau setara dengan Rp115 miliar per titik. Rencananya akan ada 11 stasiun bumi untuk Satelit Satria yang tertancap di Bumi Pertiwi.

Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso mengatakan sejalan dengan pembuatan satelit di Prancis, PSN menyiapkan infrastruktur satelit di bumi, salah satunya stasiun bumi/Gateway.

Stasiun bumi yang dibangun di Cikarang saat ini merupakan stasiun bumi pusat pengendali satelit primer. Stasiun bumi ini memiliki sistem cadangan yang terletak di Banjarmasin.

Nantinya akan ada 11 stasiun gateway untuk Satelit Satria, dengan perkiraan investasi mencapai Rp115,19 miliar atau sekitar US$8 juta per titik.

“Tanahnya tidak ada artinya, yang mahal itu antenanya. Kurang lebih totalnya sekitar US$7 juta-US$8 juta per titik,” kata Adi kepada Bisnis.com, Rabu (18/8/2021).

Adi menambahkan antena untuk stasiun bumi saat ini terus dibangun di China. Jika tidak ada kendala, pada akhir 2021 antena tersebut akan dikirimkan dari China ke Indonesia. Antena berukuran 13 meter itu akan mengendalikan Satelit Satria.

PSN sejauh telah melakukan pembebasan lahan di sejumlah lokasi yang akan dibangun gateway, kecuali di Pontianak. Di sana terdapat banyak lahan gambut, sehingga PSN harus menemukan lahan yang tepat untuk dibangun stasiun bumi.

Rencananya antena stasiun bumi akan dipesan dari China Great Wall Industry Corporation (CGWIC). Dengan skema tender, PSN memilih mitra terbaik untuk menghadirkan segala kebutuhan satelit Satria.

CGWIC sendiri adalah pemain lama. Perusahaan asal China itu penah terlibat dalam pembangunan satelit Palapa Nusantara Dua (N-1).

“Jadi kami bangga bisa berkontribusi dan memberikan kesempatan kepada teman-teman di daerah 3T sehingga no one is leave behind dalam hal konektivitas,” kata Adi.

Sementara itu Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Anang Latif menjelaskan alasan Indonesia butuh 11 Gateway karena Satria merupakan satelit berkapasistas data besar atau high throughput satellites (HTS).

Teknologi HTS melakukan atau menggunakan frekuensi berulang-ulang. Setiap frekuensi harus memakai gateway masing-masing agar tidak saling mengganggu.

Dalam memilih lokasi gateway terdapat beberapa pertimbangan diantaranya harus mewakili zona frekuensi yang dipakai berulang-ulang dan relatif mudah terjangkau oleh serat optik.

“Selain itu titik hujannya yang paling rendah. karena hujan yang deras sangat mengganggu sinyal pengiriman ke bumi,” kata Anang.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper