Bisnis.com, JAKARTA - PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berpeluang mendapatkan pemasukan tambahan melalui platform edukasi Kuncie, selama dapat menghadirkan konten video yang menarik dan membangun komunitas khusus.
Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan Kuncie hampir mirip dengan Ruangguru. Yang berbeda dari keduanya - selain konten pendidikan formal dan nonformal - adalah implementasi di masyarakat.
Selain memiliki konten dan promosi yang bagus, pertumbuhan Ruangguru terjadi begitu cepat karena pemerintah menjadikan platform Ruangguru sebagai salah satu platform untuk mengakses materi pendidikan selama pandemi.
Sementara itu Kuncie, tidak ada kewajiban yang mengharuskan orang untuk menggunakan platform tersebut. Kuncie harus mampu membangun komunitasnya sendiri.
Kuncie, kata Ian, juga dituntut untuk menghadirkan konten yang menarik agar dapat bersaing dengan platform edukasi lainnya, atau dengan layanan Over The Top (OTT) yang juga memiliki konten edukasi.
Baca Juga : Smartfren (FREN) Fokus Perkuat Basis Pelanggan |
---|
Ian menyarankan konten video Kuncie tidak hanya diisi oleh para ahli yang telah bekerja sama dengan Telkomsel, juga dari pihak luar.
Sama seperti YouTube, jika konten orang-orang tersebut digemari maka Telkomsel membayar kepada pengisi konten, sedangkan pemasukan Telkomsel akan mengalir dari iklan dan belanja kuota data pelanggan yang terpakai untuk menonton video di Kuncie.
Ilustrasi aplikasi Kuncie. /Dok. Youtube
“Telkomsel bisa jualan iklan di sana. Jangan dibebani ke pelanggan untuk nonton, bebannya ke iklan atau ke yang lain. Sama seperti Google, Kuncie nantinya bisa memberitahu pemasang iklan tentang iklan yang tepat di kanal atau daerah tertentu,” kata Ian, Sabtu (25/7/2021).
Ian juga mengatakan dengan platform ini, Telkomsel berpeluang mendapat pelanggan baru. Pelanggan saat ini lebih jeli dalam menggunakan layanan telekomunikasi. Mereka tidak hanya melihat dari harga paket data yang murah, juga dari manfaat tambahan yang diberikan termasuk, konten platform.
Adapun mengenai tantangan dalam mengembangkan layanan ini, menurut Ian, adalah menghadirkan konten video yang menarik, promosi yang bagus dan membangun ekosistem yang akan menggunakan platform ini.
Baca Juga : Kualitas Layanan Jadi Prioritas XL |
---|
Plus Minus Kuncie
Mengenai konten di aplikasi Kuncie, Bisnis.com telah mencoba dan merasakan langsung aplikasi Kuncie selama 10 hari.
Secara umum, Telkomsel memenuhi janjinya. Kuncie dikemas dengan bahasa Indonesia. Format video pendek. Runut, mulai dari pengenalan keahlian yang ingin dipelajari hingga tips dan trik. Melibatkan ahli-ahli yang kompeten di bidangnya. Bisnis belum sempat merasakan sensasi berdiskusi dengan para ahli, termasuk dengan keunggulan Kuncie yang bisa membuka jejaring bisnis.
Meski memiliki banyak keunggulan, banyak juga kekurangan di aplikasi ini yang harus ditingkatkan. Misalnya, format video kurang menarik dan sedikit membosankan.
Dalam 1 video kita akan melihat mentor berbicara 3 -7 menit. Gaya penyampaian materi oleh beberapa mentor masih terasa kaku, diperparah dengan pengemasan video yang kurang dinamis, di mana gambar diambil dari angle yang sedikit untuk durasi yang cukup panjang.
Langkah Telkomsel yang mengemas materi secara runut, bisa dipandang sebagai kelebihan atau kekurangan. Kelebihan jika pengguna memang ingin mempelajari suatu hal dari awal, mulai dari teori dan filosofinya hingga praktik. Namun, jika pengguna hanya punya waktu singkat, mereka pasti ingin langsung melihat tips dan trik, sayangnya, itu tidak dapat dilakukan di Kuncie.
Pengguna harus menonton video dari awal dan satu persatu jika ingin mengakses video dengan pembahasan tertentu. Proses runut ini juga cukup beresiko membuat kesan pertama penonton terhadap Kuncie menjadi kurang berkesan.
Penonton terlanjur bosan dengan materi 'teoretis' yang disampaikan di awal-awal, sehingga mereka tidak ingin melanjutkan menonton video.
Telkomsel perlu meningkatkan penguasaan video Kuncie agar lebih menarik, misalnya dengan melibatkan lebih banyak praktik dan contoh kasus dalam video, lagu latar belakang yang lebih bersemangat atau mungkin cara penyampaian yang lebih asik dari para mentor.
Penyampaian dengan gaya yang lebih luwes dan santai merupakan hal penting, mengingat Kuncie merupakan platform edukasi nonformal, bukan platform edukasi formal. Kuncie juga bakal bersaing dengan platform OTT raksasa seperti YouTube, Instagram, TikTok dan lain sebagainya yang juga memiliki konten edukasi nonformal.
Ilustrasi pengguna Kuncie./ Dok. YouTube
Monetisasi
Dalam wawancara terpisah, GM Business Management & Growth Strategy Telkomsel Hendra Saputra mengatakan Kuncie ingin memberikan dampak yang besar dan membuka lebih banyak peluang kepada masyarakat. Pada prinsipnya, Kuncie memberikan akses semudah mungkin dan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya mereka di beberapa bidang dengan menonton video.
Masyarakat saat ini dapat masuk dan menonton video di Kuncie secara gratis minimal untuk tiga video. Setiap video yang mereka tonton akan menghasilkan poin, yang mana poin tersebut dapat digunakan untuk menonton video lainnya.
Adapun cara Telkomsel untuk memonetisasi layanan tersebut, salah satunya adalah dengan memfasilitasi pengguna untuk bisa mengikuti sesi pendampingan atau mentoring secara langsung dengan para pengisi konten video, yang merupakan parah ahli di bidangnya.
Untuk mendapat sesi khusus ini pengguna dapat mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya dengan menonton video, atau dengan membeli akses khusus. Cara tersebut masih terus dimatangkan oleh Telkomsel.
“Mungkin mereka akan menyelesaikan seluruh modul dahulu, baru masuk ke sesi. khusus. Hal-hal seperti ini yang masih kita lakukan,” kata Hendra kepada Bisnis.com, Sabtu (25/7/2021).
Sementara itu, Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan Telkomsel selalu menjadi pionir dalam setiap perkembangan teknologi di Indonesia, salah satu caranya dengan menghadirkan Kuncie.
Kuncie merupakan sebuah platform edukasi teknologi yang berisi pembelajaran dan tips-tips dari ahlinya yang dikemas dalam format video pendek sekitar 3 - 10 menit. Dalam satu tema pembahasan, terdapat sekitar 6 - 10 video berdurasi pendek.
Syam menjelaskan alasan Telkomsel menaruh perhatian lebih besar pada isu edukasi berbasis teknologi (edutech) diantaranya karena Telkomsel memiliki basis data yang besar dan kemampuan analitik yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan pelanggan.
“Platform ini akan membantu masyarakat untuk naik kelas dan menjalin jaringan yang lebih baik,” kata Syam.
Sekadar informasi, menurut data We Are Social dan Hootsuite hingga Januari 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 202 juta pengguna. Telkomsel sendiri menyatakan dalam Info Memo Telkom, dari 164 juta pelanggan yang dimiliki pada kuartal I/2021, sebanyak 114,8 juta pelanggan merupakan pengguna internet. Jumlah pengguna internet yang besar itu merupakan pasar potensial bagi platform edukasi milik Telkomsel, Kuncie.
Kuncie pertama kali hadir pada 7 Juni 2021. Sampai dengan 7 Juli 2021 tercatat lebih dari 120.000 pengguna telah terdaftar. Dari jumlah tersebut, terdapat rerata 3.000 pengguna aktif per harinya atau sekitar 56 ribu pengguna aktif setiap bulannya.
Telkomsel telah menggandeng 65 praktisi dan pakar dari segala bidang untuk menjadi mentor di platform Kuncie sebagai upaya pemenuhan kebutuhan di berbagai bidang yang diminati masyarakat. Beberapa di antaranya berasal dari kalangan pengusaha seperti Gita Wirjawan; kalangan industri kreatif seperti produser film Joko Anwar; kalangan content creator seperti Raditya Dika, dan masih banyak lagi, baik para praktisi di skala mikro maupun makro.