Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) tidak keberatan dengan kehadiran SpaceX di Indonesia.
Apjatel menilai layanan internet berbasis serat optik masih yang terbaik sehingga tak dapat digantikan dengan internet satelit Starlink milik SpaceX.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Muhammad Arif mengatakan berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) diketahui SpaceX melalui Starlink berencana masuk ke Indonesia sebagai penyedia telekomunikasi.
Saa ini SpaceX sedang mengurus beberapa perizinan, salah satunya adalah perihal hak labuh.
Arif mengatakan Apjatel tidak mempermasalahkan kehadiran SpaceX di Indonesia selama memenuhi peraturan yang berlaku dan memiliki kesetaraan dalam berbisnis di Indonesia dengan para penyedia infrastruktur dan layanan telekomunikasi lainnya.
“Selama dia [SpaceX] mengikuti ketentuan maka tidak ada masalah,” kata Arif kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).
Arif mengatakan evolusi teknologi merupakan suatu keniscayaan. Kehadiran Starlink yang berisiko membuat persaingan pasar layanan internet tetap rumah menjadi makin ketat, tak dapat dihindari.
Dia optimistis layanan internet rumah berbasis serat optik tetap akan tumbuh meski ada Starlink. Layanan internet rumah berbasis serat optik lebih andal dan minim gangguan jika dibandingkan dengan internet satelit.
“Sehebat-hebatnya satelit melawan kabel masih menang kabel karena tidak ada gangguan udara,” kata Arif.
Arif menilai Starlink dapat mempercepat upaya pemerintah dalam mendorong percepatan transformasi digital dan merdeka sinyal di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Kualitas internet yang disuntikan dari satelit Starlink miliki SpaceX diakuinya jauh lebih baik dibandingkan dengan satelit jenis High throughput satellites (HTS) atau satelit khusus internet.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, Starlink beroperasi di orbit rendah atau termasuk dalam kategori Low Earth Orbit Satellite (LEO).
Dengan beroperasi di orbit bawah, satelit ini mampu memberikan latensi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan satelit konvensional dan satelit khusus internet.
SpaceX mengeklaim latensi yang dihasilkan dari satelit ini sekitar 25 milidetik - 35 milidetik. Starlink juga mampu menghasilkan internet hingga 1Gbps.
Pada 2019, SpaceX telah meluncurkan 120 satelit ke orbit rendah. Komisi Komunikasi Federal US memberikan izin kepada SpaceX untuk menempatkan 42.000 satelit starlink di orbit.
Bisnis mencoba mengonfirmasi mengenai rencana investasi tersebut kepada Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate, tetapi hingga berita ini diturunkan yang bersangkutan belum menjawab.