Peta Persaingan e-Commerce Bakal Diwarnai Akuisisi

Akbar Evandio
Kamis, 24 Juni 2021 | 09:30 WIB
Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara
Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Peta persaingan platform dagang elektronik (e-commerce) diyakini makin ketat pasca-IPO grup GoTo yang merupakan hasil merger Gojek dengan Tokopedia, serta Bukalapak.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang dilakukan oleh Bukalapak memang harus dilakukan secepatnya.

“Bukalapak harus mencari pendanaan publik secepatnya agar tidak ketinggalan dengan kompetitor lainnya. Fase persaingan antar pemain e-commerce makin ketat apalagi pascamerger Gojek-Tokopedia. Dukungan dana yang kuat dari pemodal dibalik Shopee pun jadi kompetitor utama di bisnis ini,” ujarnya, Rabu (23/6/2021).

Dia mengatakan memang sepatutnya Bukalapak melancarkan skema IPO dalam waktu dekat untuk mendukung strategi promosi dan inovasi pengembangan layanan bisnis.

Tidak hanya itu, Bhima menilai secara umum skema akuisisi turut hadir mewarnai peta persaingan platform dagang elektronik, sehingga dana hasil IPO akan digunakan para unikorn untuk melakukan hal tersebut demi mengembangkan layanan secara besar demi memenangkan hati konsumen.

“Perlu dicermati juga bahwa dana hasil IPO untuk akuisisi perusahaan bisa melengkapi ekosistem mulai dari sistem pembayaran, fitur pay later hingga logistik. Namun, jika dana hanya digunakan untuk pengembangan core ecommerce saya rasa sulit mengejar kompetitor yang ekosistemnya sudah terintegrasi dengan layanan yang lebih luas,” ujarnya.

Bhima pun meyakini hal tersebut turut memicu perusahaan unikorn lain melantai di bursa.

“Ke depan, biar investor di pasar saham yang akan lakukan penilaian terhadap prospek emiten. Kalau sahamnya naik tinggi pasca-IPO berarti ada kepercayaan bahwa perusahaan mampu menghasilkan profit dan punya nilai tambah dalam persaingan bisnis digital di Indonesia,” katanya.

Untuk diketahui, startup berbasis dagang elektronik Bukalapak berencana melantai di bursa saham dengan mengincar dana hingga US$800 juta, atau Rp11,2 triliun dan menurut dokumen Mini Public Expose Bukalapak, Perusahaan akan melepas sebanyak-banyaknya 25 persen dari total modal yang disetor dan ditempatkan.

Grup GoTo sebelumnya telah memberi sinyal bahwa perusahaan akan masuk ke bursa saham sebelum akhir 2021. Dalam keterangan resminya, perusahaan mengklaim memiliki valuasi mencapai US$18 miliar. Valuasi tersebut berdasarkan putaran penggalangan dana Gojek pada 2019 dan Tokopedia pada awal 2020.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper