Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan di bidang teknologi digital dapat memilih jalur penawaran perdana saham (IPO) untuk ekspansi demi meraup cuan.
CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto mengatakan di tengah transformasi digital, prospek IPO diyakini menjadi jalan tepat menuju ekspansi bisnis.
Menurutnya, dengan strategi yang tepat dapat didukung dengan adanya fundamental bisnis yang kuat, perusahaan dapat mengambil kesempatan untuk ekspansi bisnis melalui skema IPO.
“Adanya pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bagi kita untuk terus get in touch dan beradaptasi dengan teknologi, sehingga perusahaan teknologi memiliki masa depan yang bagus apabila akan IPO di masa sekarang karena relevan dengan gaya hidup masyarakat dan bisa menjadi pilihan bagi para investor,” ujar Fendi, dalam keterangan tertulis, Jumat (11/6/2021) malam.
Lewat IPO, perusahaan teknologi akan mendapatkan dana segar sehingga bisa ekspansi. Nantinya, penggunaan dana dari hasil IPO untuk ekspansi bisnis juga menjadi daya pikat khususnya bagi perusahaan teknologi.
Salah satu perusahaan berbasis teknologi digital yang fokus ekspansi bisnis adalah Ultra Voucher. Sebagai pelopor dan agregator voucher diskon digital terbesar di Indonesia, Ultra Voucher tengah bersiap melebarkan sayapnya melalui ragam aksi korporasi.
Ultra Voucher mencatat performa bisnis perusahaan terus bertumbuh meski adanya pandemi. Bahkan sepanjang tahun 2020, transaksi Ultra Voucher bertumbuh 200 persen didukung inovasi produk yang terus dilakukan.
Chief Operating Officer & Co-Founder Ultra Voucher Riky Boy Permata mengatakan pihaknya telah mencetak pendapatan hingga rata-rata 100 peren setiap tahunnya.
"Bukan hanya dapat bertahan saat pandemi melainkan kami terus tumbuh semakin baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya 50 persen downloader Ultra Voucher di tahun 2020 hingga capai 190.000 pengguna," tambahnya.
Ultra Voucher juga telah mencetak lebih dari 10.000 pengguna yang melakukan transaksi setiap bulannya. Saat ini, agregator voucher diskon digital ini telah bermitra dengan lebih dari 300 brand ternama dan lebih dari 40.000 outlet di seluruh Indonesia.
ATURAN IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mematangkan aturan-aturan yang dapat memudahkan perusahaan startup dalam melakukan penawaran umum perdana saham.
Pembahasan materi regulasi itu dilakukan bersama regulator terkait seperti otoritas Jasa Keuangan (OJK). BEI pun berkomitmen akan mampercepat perumusan beleid tersebut.
“Mudah-mudahan satu atau dua startup dapat melantai setelah peraturan ini selesai,” ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi, saat memberikan sambutan pada acara ETFest 2021 yang diselenggarakan PT Indo Premier Sekuritas, Jumat (11/6).
Sementara itu, Indonesia Fintech Society (IFSoc) menyambut baik langkah berbagai perusahaan teknologi Indonesia untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) sebagai upaya penguatan modal.
Tingginya minat perusahaan teknologi, membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai membahas untuk menyesuaikan regulasi sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan industri ekonomi digital Indonesia.
Bahkan untuk saat ini, 7 dari 11 unicorn Asia Tenggara berasal dari Indonesia dengan total valuasi mencapai US$38 miliar. Hal ini membuat IPO perusahaan teknologi nasional memiliki peran strategis.
Ketua Steering Committee IFSoc Mirza Adityaswara menjelaskan perusahaan teknologi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan juga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"IFSoc melihat perusahaan teknologi telah melakukan berbagai inovasi melalui aplikasi transportasi, fintech, e-commerce, layanan pesan antar, edutech, hingga pendanaan UMKM [P2P Lending] sehingga roda ekonomi dapat terus berjalan di tengah pandemi Covid-19," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (11/6/2021).