Telkomsel Uji Coba 5G, Pengamat: Harus Ada Bedanya dengan 4G

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 25 Mei 2021 | 12:22 WIB
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan teknologi 5G di kawasan residensial diprediksi bakal terbentur skenario kasus. Pengamat telekomunikasi menilai layanan 5G harus mampu memberikan solusi nyata kepada pelanggan, yang menggambarkan bahwa sebuah permasalahan hanya dapat diselesaikan lewat 5G Telkomsel.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan teknologi 4G saat ini sudah dapat mendukung seluruh aktivitas layanan masyarakat, mulai dari belajar hingga bekerja dari rumah.

Dahulu, kata Tesar, saat peralihan dari teknologi 2G ke 3G, masyarakat merasakan perbedaan nyata karena untuk kali pertama masyarakat dapat mengakses dunia maya. Walau butuh bermenit-menit untuk mengunduh sebuah video, bisa terhubung ke internet saat itu merupakan suatu pencapaian yang luar biasa.

Dari 3G ke 4G, kecepatan internet yang dirasakan makin cepat. Bisa dibayangkan jika saat pandemi ini, teknologi yang digunakan masih 3G. Kualitas video bakal sangat buruk.

“Dari 4G ke 5G, layanan apa yang membedakan? Tantangan itu harus terjawab,” kata Tesar, Selasa (25/5/2021).

Tesar berpendapat implementasi 5G yang paling tepat adalah di sektor industri untuk internet of things (IoT). Saat ini, menurutnya, otomasi perangkat lewat jaringan internet pasarnya masih sangat luas.

Tesar berpendapat seharusnya sebelum 5G diluncurkan oleh operator seluler – dalam hal ini Telkomsel –, cerita tentang manfaat 5G harus dibangun di publik. Edukasi tersebut dapat membuat publik yakin bahwa 5G berbeda dengan 4G.

Sejauh ini, masyarakat hanya tahu perbedaan 4G dan 5G secara teori saja – misal, dapat menghadirkan kecepatan di atas 1Gbps, latensi di bawah 1 milidetik dan lain sebagainya. Dari sisi layanan, belum ada contoh kasus yang meyakinkan 5G lebih baik dari 4G.

“Jangan sampai nantinya masyarakat hanya tahu 5G lebih mahal dari 4G, paket cepat habis dan akhirnya memutuskan kembali ke 4G, karena semua layanan cukup dengan 4G,” kata Tesar.

Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward mengatakan untuk membangun ekosistem 5G di kawasan residensial atau industri, dibutuhkan kasus yang tepat. Tanpa adanya kasus yang benar-benar menggambarkan pentingnya 5G, ekosistem akan sulit berkembang.

Khusus untuk IoT, kata Ian, tantangan membangun ekosistemnya adalah perihal harga perangkat IoT yang terjangkau. Solusi IoT 5G harus dapat menggambarkan bahwa teknologi IoT 5G dapat membuat operasional industri lebih hemat.

“Membangun ekosistem untukk segmen ritel dan industri harus mendapatkan use case yang tepat dari keunggulan 5G,” kata Ian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper