Pentingnya Teknologi Pintar dalam Bangunan yang Sehat dan Efisien

Mia Chitra Dinisari
Jumat, 21 Mei 2021 | 10:11 WIB
Teknologi pintar dalam bangunan
Teknologi pintar dalam bangunan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Konsep bangunan sehat dalam industri bangunan lokal harus terus dipercepat, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021 tentang Bangunan.

Mardi Utomo, Ketua Building Engineers Association (BEA), mengatakan pemerintah mengatur aspek kesehatan gedung melalui berbagai regulasi yang mencakup pedoman teknis, kita juga memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk verifikasi aspek kesehatan yang lebih spesifik. Maka, bangunan harus memperoleh Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Demikian disampaikan dalam live webinar, Building compliance: How industry 4.0 implementations provide healthy and safe environment yang diselenggarakan oleh New Zealand Trade & Enterprise (NZTE) seperti dikutip dari keterangan tertulisnya.

Untuk memperoleh SLF, katanya, standar kelayakan bangunan dinilai berdasarkan empat pilar, yaitu kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan. Pilar kesehatan sendiri meliputi sirkulasi udara, penerangan, sanitasi, pengolahan limbah, dan bahan bangunan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 untuk bangunan gedung.

“Memiliki bangunan yang memenuhi standar kesehatan akan mendukung kesehatan penghuni, meningkatkan produktivitas, dan menghemat biaya operasional. Penerapan teknologi pintar telah menjadi salah satu cara penting untuk membantu pengelola bangunan mencapai kepatuhan standar kesehatan dan efisiensi. Namun, ada beberapa tantangan dalam penerapan teknologi tersebut antara lain kesiapan sumber daya manusia, biaya investasi, dan ketersediaan teknologi,” kata Mardi.

Selandia Baru, negara yang unggul dalam penerapan bangunan hijau dan keberlanjutan, dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam penerapan bangunan sehat.

“Investor, pengembang, pemilik, dan penyewa di Selandia Baru semakin mengharapkan bangunan yang memenuhi standar kesehatan dan beroperasi secara efisien. Mereka juga ingin mendapatkan kepastian bahwa setiap bangunan menyediakan ruang berkualitas tinggi untuk para karyawan dan penyewa. Hal ini diwujudkan dengan menjaga kualitas udara, akses pencahayaan alami, dan kelayakan bangunan. Pemerintah Selandia Baru berkomitmen untuk lebih lanjut mempercepat penerapan bangunan yang efisien, sehat, dan bersertifikat, melalui deklarasi tahun 2020 tentang darurat iklim dan peralihan ke emisi nol karbon. Target ini tentunya dapat dicapai dengan penerapan teknologi pintar," jelas Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia.

Bangunan sehat di Selandia Baru didukung oleh teknologi yang IOT-driven, teknologi canggih dalam digitalisasi dan konektivitas data. Teknologi yang mendukung praktik efisien dan aman akan mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik. Teknologi bangunan pintar yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan Selandia Baru menyediakan alat untuk berbagai bangunan dengan jenis dan proyek yang bervariasi, yang mana mereka terus menjalin kemitraan internasional di seluruh dunia.

“Selandia Baru telah membagikan teknologi dan inovasinya kepada dunia dan sekarang kami di sini siap berbagi dengan Indonesia. Sebagai badan pengembangan ekonomi dan bisnis internasional Selandia Baru, NZTE berkomitmen untuk mempercepat pengembangan industri bangunan Indonesia dengan menjembatani kemitraan antara ahli Selandia Baru denganperusahaan-perusahaan Indonesia,” tambah Diana.

Salah satu peran teknologi dalam meningkatkan aspek kesehatan bangunan adalah pengelolaan dan rekayasa sirkulasi udara, sebagai salah satu aspek kesehatan yang penting. Kualitas udara yang baik terdiri dari tingkat polutan, CO2, aroma, kadar air, dan sirkulasi udara segar. Kok Boon Wam, Key Account Manager Temperzone, sistem pendingin udara terkemuka Selandia Baru, menjelaskan,

“Sistem pendingin udara dengan fleksibilitas tinggi harus menjadi standar baru untuk bangunan di tengah pandemi COVID-19 ini. Water-cooled packaged system mencakup paket pendingin dalam saluran mandiri yang efisien dan saling terhubung melalui sistem dengan siklus air tertutup. Setiap unit dikontrol secara individual, seperti suhu dan kipas, dan tidak tergantung pada pengaturan ruangan lain. Sistem ini mencegah percampuran udara antar ruangan - ketika suatu area terkontaminasi, area lainnya tidak akan terpengaruh. Sistem ini juga memberikan kenyamanan lebih untuk mengontrol setiap area dan menghasilkan efisiensi dari penghematan energi terbuang dari AC menyala di ruang yang tidak digunakan." paparnya.

Travis Lee, Business Development Manager Asia Tenggara dari Gallagher Security, penyedia sistem keamanan Selandia Baru, menjelaskan, bangunan saat ini sudah mulai mengadopsi berbagai strategi mitigasi kesehatan dan keselamatan seperti penyaringan pada pintu masuk dan elevator tanpa kontak. Namun, mitigasi dan penanganan risiko tidak hanya dilakukan dengan tindakan pencegahan, tetapi juga penanggulangan setelahnya.

Teknologi keamanan pintar Gallagher memungkinkan metode tanpa sentuh yang efisien seperti Mobile Credential, Face Detection, Temperature Screening, serta upaya penanggulangan seperti Proximity Contact Tracing yang mempercepat pelacakan kasus COVID-19. Sistem berbasis aplikasi ini lebih aman dan efisien dibandingkan dengan praktik manual yang memakan waktu.

Beberapa teknologi lain untuk mendukung praktik tanpa sentuh dan pergerakan manusia adalah Space Data Analytics dan Tenant Experience & Workplace Analytics Platform. "Space Data Analytics memungkinkan analisa pergerakan manusia untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam upaya manajemen kesehatan, sementara Tenant Experience & Workplace Analytics Platform memungkinkan kontrol berbasis telepon selular bermobilitas tinggi untuk praktik tanpa sentuh dan pengalaman yang lebih baik bagi penghuni gedung,” ujar Aswin Pohan, Direktur Teknik Beca Indonesia (PT Bimatekno Karyatama Konsultan), perusahaan desain, engineering, dan teknologi Selandia Baru.

Aswin juga membagikan bagaimana praktik bangunan sehat internasional yang relevan dengan Indonesia dan menjelaskan “Lingkungan kantor terdiri dari beberapa aspek yang dapat dievaluasi, yaitu kualitas udara & ventilasi dalam ruangan, kenyamanan suhu udara, pencahayaan buatan & alami, kebisingan & akustik, biofilia & pemandangan, tampilan &nuansa, serta lokasi & akses ke fasilitas. Perbaikan faktor-faktor ini dapat dicapai melalui strategi desain, pemugaran, fit-out, dan penerapan teknologi. Aspek kesehatan ini berdampak pada kesehatan, wellbeing & persepsi, dan kepuasan penghuni, serta hasil finansial."

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper