Bukit Algoritma Jadi Pondasi Ekosistem Startup ke Depan

Akbar Evandio
Selasa, 27 April 2021 | 21:48 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Bukit Algoritma dipercaya menjadi pondasi untuk membuat ekosistem startup berkembang. Tetapi, ada banyak faktor selain pusat teknologi yang sebenarnya perlu dipersiapkan.

Research Manager, International Data Corporation (IDC) Indonesia Adrian Siregar mengatakan sejalan dengan tujuan Bukit Algoritma sebagai pusat akselerasi digital dan teknologi riset nasional, maka perlu dikembangkan secara paralel berbagai teknologi baru, mulai dari piranti keras, piranti lunak, ataupun dan layanan teknologi serta informasi.

“Tentu juga dengan melihat kebutuhan riil di industri tertentu ataupun permintaan dan daya beli B2B dan B2C. Sehingga pemahaman secara luas atas berbagai komponen teknologi itu sangat penting untuk memutuskan secara lebih strategis fokus teknologi dalam suatu periode tertentu, menghindari ego sektoral dalam pengembangan, dan yang paling penting membangun sinergi dan kolaborasi,” ujar Adrian, Selasa (26/4/2021)

Sebagai contoh, dia mengatakan bahwa di IDC memiliki taksonomi yang mengklasifikasikan teknologi terkait transformasi digital menjadi 2 elemen berbeda. Pertama adalah pilar teknologi sebagai fondasi seperti teknologi maha data dan analitik serta komputasi awan.

Cloud kami lihat akan menjadi infrastruktur digital yang krusial dengan platform digital akan semakin digunakan dalam ekosistem digital. Data akan menjadi engine penggerak perusahaan di Indonesia untuk bisa lebih cepat dalam mengakselerasi bisnisnya di pasar,” katanya.

Kedua, akselerator inovasi sebagai aktualisasi dari inovasi pasar seperti internet untuk segala (Internet of Things/IoT), kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), dan generasi keamanan aelanjutnya (Next Gen Security) yang dinilai menjadi relevan untuk mendukung proses bisnis di ekosistem digital di Indonesia.

Selain itu, Adrian mengatakan saat ini lebih dari 400 startup telah berstatus sebagai unikorn di dunia. Sebanyak 70 persen dari jumlahnya berasal dari Amerika Serikat (AS) dan China, di mana mayoritas startup di AS dan China tak lepas dari banyaknya pusat teknologi.

Selain Silicon Valley di Amerika Serikat (AS), terdapat pusat teknologi lain seperti Austin, Texas yang menjadi basis proses produksi dari banyak perusahaan teknologi di AS. Kemudian, wilayah Boston yang fokus pada bioteknologi dan kesehatan.

Sebaliknya di China, ada Shenzhen yang menjadi pusat inovasi perangkat keras, Shanghai sebagai pusat finansial, dan Beijing sebagai fokus talenta hingga riset artificial intelligence (AI).

Adrian menambahkan fokus industri di Indonesia juga menjadi kunci seberapa perlu pusat teknologi dibangun. Dia mengingatkan kebutuhan Indonesia berbeda dengan negara lain, layaknya China dengan AS.

"Jadi saya tidak mengambil kesimpulan selama kita belum tahu apa yang mau dituju untuk industri atau sektor tertentu terkait Indonesia. Karena cara Indonesia bisa bergerak maju itu tidak akan sama dengan negara lain," tuturnya.

Namun, di sisi lain, Adrian mengatakan keberadaan Bukit Algoritma juga bisa untuk tidak menjadi faktor terpenting dalam memfasilitasi, jika gagal menghubungkan startup dengan konsumen.

Penyebabnya, perkembangan startup tidak hanya terpaku pada ketersediaan pusat teknologi. Dia menyebut dukungan dana lewat modal ventura dan listing publik juga sangat mempengaruhi kesuksesan sebuah startup.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper