Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 dinilai menjadi alasan sulitnya startup kuliner menyandang predikat unikorn.
Sebab, beberapa perusahaan modal ventura harus membuat pertimbangan yang teliti dalam mengalirkan investasinya ke sektor kuliner, khususnya jaringan kafe, selama pandemi Covid-19.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait mengatakan skema pembiayaan modal ventura memang sesuai untuk industri kreatif, termasuk startup digital maupun kuliner.
Apalagi, kafe atau unit usaha kreatif itu pada akhirnya mengadopsi teknologi untuk mengambangkan bisnisnya. Tetapi, keadaan yang tidak pasti membuat para pemain harus wait and see
“Ya [ada pertimbangan], saat ini realistis kita semua [untuk menyuntikan dana], tetapi saat keadaan membaik dalam suasana pandemi Covid-19 ini. Momentum yang tepat salah satu menjadi penentu siapapun untuk berinvestasi kembali,” ujar Jefri, Senin (26/4/2021).
Segmen kopi dinilai patut diwaspadai karena memiliki potensi untuk masuk ke dalam barisan unikorn di Indonesia.
Bukan tanpa sebab, salah satunya setelah Sequoia India -modal ventura terkenal yang dikenal membiakkan unikorn- belum lama ini berhasil memimpin pendanaan seri B dan mengumpulkan US$109 juta pada awal Mei 2020 untuk startup Kopi Kenangan yang hingga saat ini memiliki valuasi US$477 juta.
Tidak hanya itu, Fore Coffee, perusahaan rintisan spesialis kopi, juga meraih pendanaan sebesar US$8,5 juta atau setara dengan Rp127 miliar pada 2019 dari East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, dan beberapa angel investor.
Berdasarkan data DSResearch, kedua startup tersebut saat ini merupakan bagian dari barisan Centaur di Indonesia. Centaur adalah sebutan untuk startup yang telah mencapai valuasi lebih dari US$100 juta (Rp1,4 triliun) dan di bawahUS$1 miliar (RP14 triliun). Valuasi sendiri salah satunya diukur berdasarkan pendanaan yang didapat dari investor.
Jefri mengamini bahwa kopi memiliki potensi untuk menyandang status unikorn mengingat minuman kafein ini masih menjadi tren. Tak hanya itu, adanya modernisasi layanan membuat hadirnya perubahan gaya dan kebiasaan baru yang selaras dengan perkembangan bisnis para pemainnya.
“Hype ini yang kita syukuri dan menjadi salah satu indikator dari daya tarik para investor dan termasuk dampak atas kekuatan teknologi di kecerdasan buatan atau mesin pembelajaran yang diadopsi mereka. Potensi ini juga yang mampu membawa para startup ini terus bersaing dengan keunggulan kompetitifnya untuk bisa menjadi pemain besar. Bahkan jadi unikorn,” tuturnya.
Selain itu, dia menilai modal ventura terus melihat perubahan kebiasaan yang akan terus diantisipasi, bahkan digiring dengan inovasi layanan, intuisi para founder dengan inovasi terus menerus menjawab keunikan layanan serta momentum yang tepat akan mampu membawa startup kopi masuk dalam jajaran unikorn.
“Jalan masih panjang dan inilah sophisticated investor. Mereka melihat dengan lincah untuk menilai suatu bisnis dalam banyak perspektif,” ujar Jefri.
Berdasarkan data Statista, pada 2020, pendapatan di segmen kuliner Indonesia diproyeksikan mencapai US$2,47 juta pada 2021, di mana penetrasi pengguna akan menjadi 15,8 persen pada tahun ini dan diperkirakan mencapai 26,0 persen pada 2025.
Menurut catatan Bisnis, pada 2020 terdapat 6 perusahaan rintisan di bidang ini yang memperoleh pendanaan total US$ 128 juta lebih atau sekitar Rp 1,8 triliun yaitu, Hangry US$ 3 juta, Kopi Kenangan US$ 109 juta, YummyCorp US$ 12 juta, Mangkokku dan Haus! masing-masing US$ 2 juta, serta Greenly yang tidak disebutkan nilainya.