Bisnis.com, JAKARTA – Merger dan akuisisi (M&A) dinilai tidak selalu menjadi cara utama bagi perusahaan rintisan (startup) untuk bisa bertahan dalam masa pandemi Covid-19.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan tidak hanya tren merger dan akuisisi yang menjadi satu-satunya jawaban bagi startup untuk bisa bertahan. Sebab, exit strategy berupa IPO dan konsolidasi startup juga marak tahun ini.
Untuk diketahui, Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan kerugian.
“Startup, terutama yang tengah dalam tahap bertumbuh juga akan melirik opsi investasi yang lebih agresif seperti IPO. Ini kemungkinan terjadi setelah pemain mendapatkan pendanaan,” kata Heru kepada Bisnis.com, Kamis (8/4/2021).
Dia tak menampik aksi startup untuk merger dan akuisisi (M&A) diperlukan untuk memperkuat bisnis dan mengatasi tantangan bisnis dan kompetisi khususnya sebagai akibat pandemi. Startup bakal aktif melirik jalur akuisisi demi mencapai pertumbuhan non-organik perusahaan, produk, atau talenta digital.
“Akselerasi digitalisasi dan transformasi bisnis langsung menjadi prioritas utama. Merger dan akuisisi pun dipandang sebagai cara tercepat untuk mewujudkan ini,” katanya.
Dia mengatakan, peta persaingan dunia rintisan sudah dipastikan berubah. Sebab, teknologi bukan menjadi hal asing lagi di tengah masyarakat, sehingga untuk mempercepat akselerasi layanan setiap perusahaan langkah akuisisi dan merger jadi salah satu jawaban.
“Peta persaingan sudah berubah, ada yang terus naik karena dampak pandemi, ada juga yang gugur. Kemudian, yang merger akuisisi akan jadi besar dan ada semacam diversifikasi usaha yang mengarah pada konglomerasi. Meskipun ini [M&A] bukan langkah ideal, tetapi dibutuhkan,” ujarnya.
Berdasarkan riset PwC: Global M&A Industry Trends mencatatkan bahwa volume merger dan akuisisi perusahaan teknologi di tingkat global meningkat 34 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada semester II/2020.
Adapun, dalam laporan tersebut efek merger dan akuisisi perusahaan dari sisi nilai turut meningkat hingga 118 persen, di mana subsektor teknologi dan telekomunikasi merupakan yang tertinggi.