Bisnis.com, JAKARTA – Mundurnya LG Electronics Inc. dinilai bisa menjadi pelajaran bagi produsen ponsel lain agar tidak mengalami kondisi serupa dalam persaingan pasar global.
Ketua Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) Ali Soebroto mengatakan mundurnya LG dari pasar ponsel secara global dilandasi tiga faktor yaitu, pandemi Covid-19, kelangkaan pasokan chipset, dan kesulitan bersaing dengan brand China yang turut menghantam sendi bisnis perusahaan.
“Pasar ponsel pintar itu liberal atau seperti hukum rimba siapa yang kuat dia yang menang sehingga bila elektronik dulunya [dipimpin] dari Eropa dan Barat, lalu Jepang, ke Korea Selatan, kini China yang memimpin pasar apalagi mereka punya industri besar, teknologi mumpuni, sumber daya digital yang maju, tinggal mengejar merek saja,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (5/4/2021).
Dikutip melalui Bloomberg, produsen gawai asal Negeri Gingseng ini menyebutkan divisi ponsel pintar mereka telah mencatat kerugian dengan total sekitar US$4,5 miliar atau sekitar Rp65,3 triliun selama hampir enam tahun.
Lebih lanjut, Ali mengatakan untuk meminimalisir dampak serupa, pemain ponsel pintar di luar China dapat mengincar dan bermain di segmen pasar low range atau mid range tentunya dengan fitur yang menjawab kebutuhan pengguna. Hal ini dapat diterapkan hingga pasar kembali memulih akibat pandemi Covid-19.
Senada, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Ina Hutasoit mengatakan asosiasi sangat dimaklumi keadaan ini, di mana dengan beragamnya ponsel pintar asal China yang handal, banyak brand legendaris tidak sanggup bersaing.
“Ini karena pasar yang sudah sangat besar di bangun di pasar China sendiri membuat merek lokal ini mulai mendunia. Namun, pangsa pasar LG sudah sangat kecil jadi peta pasar pun tidak terlalu signifikan berubah ketika mereka hengkang dan tiga pemain besar seperti Samsung, Oppo dan Xiaomi akan mengambil alih pasarnya,” kata Ina.