Agritech Perlu Agresif Kolaborasi untuk Kejar Peluang Ramadan  

Akbar Evandio
Minggu, 28 Maret 2021 | 16:36 WIB
Ilustrasi TaniHub./dok. TaniGroup
Ilustrasi TaniHub./dok. TaniGroup
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) di bidang agritech dinilai perlu melakukan kolaborasi dengan pemain di sektor lain untuk memperluas layanan pada Ramadan tahun ini.

Bendahara Amvesindo Edward Ismawan Chamdani mengatakan layaknya Ramadan yang identik dengan silaturahmi, tiap pemain memerlukan kolaborasi dengan antarpemain. 

Menurutnya, wajib bagi pemain bekerjasama dengan instansi, melibatkan para pakar data analis, dan kolaborasi dengan startup pembelajaran mesin atau kecerdasan buatan. Sebab, langkah tersebut dapat menjadi antisipasi kesiapan stok saat Ramadan dan lebaran tahun ini.

“Kolaborasi dengan pemain pembelajaran mesin atau kecerdasan buatan [startup SaaS] yang mampu mengolah data secara real-time dengan indikator data dari masing-masing pemerintah daerah maupun instansi tertentu. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi bila adanya kelangkaan stok,” katanya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (28/3/2021).

Dia melanjutkan para pemain perlu jeli melihat data konsumsi, data musiman, pergerakan harga dan kondisi pasokan dari petani. Sebab, mengukur patokan awal sangat penting untuk menyiapkan strategi yang tepat sasaran, apalagi persiapan menghadapi Ramadan dan lebaran.

“Tak dapat dimungkiri, data memegang peranan penting dalam membaca sebuah tren atau fenomena di era digital. Ambil contoh, harga produk pertanian di Bekasi bisa berbeda dengan di Jakarta Selatan. Justru dari situasi tersebut, pemain agritech dapat memanfaatkan data untuk mengoptimalkan operasionalnya,” katanya.

Dalam konteks pandemi, Edward menilai data dapat memperlihatkan tren permintaan pesanan atau harga produk di area tertentu. Sebab, dia meyakini daya beli masyarakat saat Ramadan dapat dikatakan cukup pulih sehingga para pemain harus siap dengan lonjakan permintaan.

Berdasarkan data laporan penerimaan negara dari Kementerian Keuangan, yaitu realisasi pendapatan negara dan hibah hingga akhir Februari 2021 telah tercatat Rp219,15 triliun atau 12,57 persen dari target pada APBN 2021.

Adapun, capaian tersebut lebih tinggi Rp1,55 triliun dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu atau tumbuh 0,71 persen (yoy).

“Seharusnya dari data tersebut daya beli masyarakat tidak menurun dan mengimplikasikan sangat terbuka peluang agritech untuk tumbuh lebih pesat pada tahun ini,” ujar Edward.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper