Bisnis.com, JAKARTA - Dengan pertumbuhan ekonomi digital yang sangat cepat beberapa tahun terakhir, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang melek internet dan digital menjadi suatu keharusan.
Indonesia secara umum menjadi ekosistem yang baik untuk pertumbuhan SDM digital dan mumpuni, mengingat hampir semua faktor pendukung terpenuhi. Dimulai dengan jumlah pengguna ponsel pintar yang lebih banyak dari jumlah penduduk, akses internet yang kian merata, pertumbuhan ekonomi digital yang cepat, hingga berbagai upaya untuk menerapkan Industri 4.0.
Perubahan ke arah digital menjadi suatu keniscayaan alias tidak terhindarkan. Kehadiran pandemi Covid-19 hanya salah satu faktor yang membuat industri digital kian cepat dan semakin dekat dengan keseharian seluruh lapisan masyarakat.
Dunia pendidikan pun dituntut untuk menyediakan tenaga terampil guna memenuhi kebutuhan industri dan pemerintahan yang semuanya bergerak bersamaan ke arah digital. Masalahnya, mencetak SDM mumpuni dan melek internet, teknologi, digital bukanlah perkara mudah, sementara perubahan digital di Indonesia begitu cepat.
Dalam konteks ini, kehadiran DTS sangat relevan dan penting. Tambah lagi, program ini diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sehingga kerja sama sektor industri dan dunia pendidikan menjadi lebih mudah dan sinkron.
Semangat Kominfo ini pun sejalan dengan visi banyak perguruan tinggi yang menyediakan Fakultas Teknologi Informasi di Tanah Air.
David Wijaya, Business Development Manager Training and Academy Red Hat Indonesia, mengatakan bahwa saat ini sangat banyak perusahaan yang sedang memasuki industri 4.0 dan bekerja keras untuk melakukan transformasi digital, sehingga membutuhkan banyak SDM yang memahami Information Technology (IT).
“Konsumen Redhat banyak sekali kekurangan talent, mereka yang bisa mengerti operasi sistem cloud tentang programing mission, big data, dan sebagainya. Jadi memang tepat sekali langkah yang dilakukan oleh Kominfo agar melatih generasi muda bisa memiliki wawasan IT,” katanya.
Hal serupa ditegaskan Area Academy Manager Cisco System Indonesia Adri Gautama. Dia mengatakan, DTS memiliki visi yang sama dengan Cisco Academy yang telah hadir sejak 1998, yakni memperkecil skill-gap antara lulusan institusi pendidikan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.
Baca Juga Menggapai Asa Melalui DTS |
---|
“Menurut kami, program DTS sangat spesial karena mempersatukan instansi pemerintah, sektor privat, dan institusi pendidikan. Ketiga pihak itu bisa menjadi fasilitator dan akselerator pendukung ekonomi digital,” ujarnya.
Adri berpendapat, kebutuhan SDM Digital ke depan akan meningkat karena hampir semua bidang, dalam hal pekerjaan, belajar, belanja, bermain, terhubung secara digital. Cisco Academy, katanya, mengembangkan materi pelatihan yang dapat diikuti peserta tanpa latar belakang teknologi informasi.
Hal itu bertujuan memperkenalkan dunia digital secara lebih mudah kepada kelompok awam. Untuk yang lebih advance, Cisco mengakomodir untuk menjadi tenaga ahli dalam aplikasi berbasis digital.
Lulusan DTS, katanya, memiliki peluang yang baik untuk masuk ke dunia kerja karena kurikulum disusun bersama sejumlah mitra pelatihan dan Kominfo.
“Jadi diharapkan lulusan DTS akan mendapatkan kompetensi sesuai dengan yang diperlukan dan tingkat keahlian kebutuhan industri,” tambahnya.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan dapat mencetak SDM digital sebanyak 9 juta selama beberapa tahun ke depan.
Setelah sejumlah upaya untuk pemerataan akses Internet, melalui Palapa Ring, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dan program lainnya, pemerintah ingin jumlah SDM digital juga memadai untuk mendukung perkembangan ekonomi digital di Tanah Air.
MUDAHKAN UMKM
Melalui DTS, pemerintah menargetkan setiap tahun dapat mencetak 600.000 tenaga digital terampil. Sebagai gambaran, Tokopedia misalnya menyebutkan pemerataan ekonomi digital telah di depan mata.
Hadir sejak 2009, Tokopedia telah menjangkau 98% kecamatan di Indonesia dengan lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya. Tokopedia telah menjadi ekosistem yang memudahkan UMKM memulai usaha secara daring.
Vice President of Public Policy and Government Relations Tokopedia Astri Wahyuni mengatakan bahwa dari sisi pelaku industri digital, kehadiran DTS memberikan kesempatan bagi UMKM untuk memahami bagaimana memulai bisnis secara daring.
Tokopedia merancang program khusus untuk memberi ruang bagi pelaku usaha lokal agar dapat belajar kewirausahaan digital dengan kurikulum yang relevan.
“Melalui program ini, hampir 1.000 UMKM yang terdiri dari berbagai jenis usaha mengikuti materi pelatihan secara online. Harapan kami lulusan program DTS dapat menjadi Digital Entrepreneur sukses setelah dibekali oleh keterampilan dan pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi yang memadai,” katanya.
Adapun, DTS mencakup 6 program pembelajaran yakni Vocational School Graduate Academy (VSGA) yang menyasar lulusan SMK, Fresh Graduate Academy (FGA) untuk lulusan perguruan tinggi, dan Professional Academy (PRO) untuk tenaga profesional yang ingin meningkatkan kemampuan.
Kemudian Thematic Academy (TA) untuk menyasar sektor-sektor tertentu seperti para pekerja migran, UMKM dan lainnya. Selanjutnya ada Government Transformation Academy (GTA) untuk para ASN, dan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) untuk mereka yang ingin memulai usaha secara daring.
Wakil Ketua Panitia DTS-Institut Teknologi Bandung Kusprasapta Mutijarsa mengatakan bahwa sejak pilot project program DTS pada 2018 bersama dengan Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) peminatnya sangat banyak.
Dengan perkembangan digital yang cepat di Tanah Air, jumlah peminat program DTS diprediksi akan terus meningkat.
Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi digital yang berjalan pesat membutuhkan SDM Bidang IT yang berkualitas dan berdaya saing. Bekraf mencatat kebutuhan 600.000 orang per tahun saat ini belum dapat dipenuhi, sementara diperkirakan kebutuhan SDM digital akan menyentuh 17 juta pada 2030.
Untuk itu, butuh kerja sama semua pihak khususnya pemerintah, industri dan institusi pendidikan (triplehelix).
“Selain untuk memenuhi supply kebutuhan SDM perusahaan ekonomi digital, keberadaan tenaga kerja bidang IT tentu akan mendorong tumbuhnya start-up berkelas internasional. Pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Animo masyarakat yang tinggi juga terjadi di daerah. Di Ambon misalnya, kendati sejumlah tantangan teknis masih sedikit menjadi kendala, minat untuk mengikuti program DTS sangat besar.
Di Maluku, DTS merupakan suatu hal baru yang menjawab kebutuhan banyak orang yang menyukai desain grafis dan digital.
Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ambon, Lory M. Parera mengatakan bahwa salah satu kendala yang paling sering terjadi ialah internet, mengingat peserta di Ambon umumnya masih sulit mengakses Internet.
“Minatnya tinggi dan kami juga memberikan gambaran umum terkait usaha apa yang dapat dilakukan setelah mengikuti program DTS. Saya kira banyak peluang yang bisa dimanfaatkan dengan ilmu dan kompetensi yang mereka dapatkan,” ucapnya.