Bisnis.com, JAKARTA – Adopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memang merupakan urgensi, tetapi menyiapkan talenta digital yang mampu menjawab kebutuhan tersebut juga tidak kalah penting.
Berdasarkan riset Amazon Web Services (AWS) dan AlphaBeta mencatatkan hanya 19 persen dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Setidaknya dibutuhkan 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.
McKinsey dan Bank Dunia pun juga menyebutkan Indonesia masih kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600.000 pegiat digital per tahun.
Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan pekerjaan rumah yang harus dikejar adalah pemenuhan talenta digital dan wadah untuk mengakselerasi kebutuhan tersebut.
“Peluang Indonesia untuk AI memang sangat tinggi, Indonesia memiliki SDM yang mumpuni untuk hal AI, tetapi memang harus diberikan wadah supaya mendorong kemajuan transformasi digital Indonesia. SDM ini juga harus terus dilatih,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (9/3/2021).
Ian menilai AI menjadi urgensi yang tidak terbantahkan lantaran semua sektor layanan memang perlu mengefisiensi cara kerjanya. Misalnya, pemetaan pengguna layanan telekomunikasi, pemantauan bisnis dan keamanan, dan lainnya.
Berdasarkan data McKinsey & Company berjudul Automation and the Future of Work in Indonesia yang terbit September 2019 silam, otomatisasi berpotensi menciptakan 36 juta lapangan kerja sehingga tingkat kebutuhan pasar terhadap teknologi AI akan turut meningkat.
Laporan tersebut mengidentifikasi tujuh katalis potensial pertumbuhan permintaan tenaga kerja, antara lain peningkatan pendapatan; pengeluaran yang lebih tinggi untuk perawatan kesehatan; peningkatan investasi dalam bangunan, infrastruktur, transisi energi, dan teknologi; dan pemasaran dari pekerjaan yang sebelumnya tidak dibayar, seperti pengasuhan anak.