Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan keterampilan guru dinilai turut menjadi urgensi bagi pelaku startup edutech. Pasalnya, kesiapan talenta digital tidak lepas dari peran serta guru di dalam perjalanannya anak didiknya.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan bahwa kebutuhan tersebut merupakan pasar yang bisa disambut oleh perusahaan rintisan berbasis pendidikan (edutech).
Menurutnya, pemain tidak hanya menjaring siswa untuk menggunakan platformnya, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan guru, maka selain menambah jumlah pengguna ke depan dapat membantu realisasi kebutuhan talenta digital pada 2025.
“Pemain edutech secara dominan dalam jangka pendek masih menyasar ke para siswa, belum kepada guru apalagi para dosen yang mendidik para guru. Harusnya, para edutech tidak hanya bisa menjadi platform pendidikan, tetapi harus terlibat dalam seluruh ekosistem pendidikan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (24/2/2021).
Berdasarkan riset Amazon Web Services, Inc. (AWS) dan firma konsultan bidang strategi dan ekonomi, AlphaBeta mencatatkan hanya 19 persen dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, dibutuhkan 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.
Dianta melanjutkan guru ibarat busur panah yang tengah membidik anak panah (muridnya) untuk berhasil mencapai sasaran yang ditargetkan. Menurutnya, edutech tidak hanya bisa menjadi platform pendidikan, tetapi dapat terlibat lebih jauh dalam seluruh ekosistem pendidikan.
“Guru saat ini harus diajarkan bagaimana memiliki digital mindset, bukan hanya mendigitalisasi produk bahan ajar. Bahkan, saya optimis akan naik dua kali lipat [kenaikan pengguna] bila edutech juga menyasar guru,” katanya.
Samsung Electronics Indonesia pun melalui program Samsung Innovation Campus (SIC) saat ini turut menyuguhkan materi digital, seperti coding, Programming, AI (artificial intelligence), serta IoT (internet of things) yang tidak hanya untuk murid, melainkan juga guru.
Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia Ennita Pramono mengatakan saat ini jumlah guru terampil di Indonesia hanya mencapai 35 persen. Guru perlu memiliki keseimbangan pengetahuan teoritis dan praktis yang baik hingga dapat memberikan landasan yang kokoh terhadap apa yang mereka ajarkan.
“Di era digital, cloud computing, big data dan enkripsi pada beberapa sektor pasar kerja di masa depan, masih menjadi prioritas tertinggi. Kompetensi guru di bidang teknologi kelak dapat membawa para siswa menjadi profesional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang ketat dan dinamis,” katanya.