Bisnis.com, JAKARTA - Pembatasan jarak fisik dan sosial memaksa para pekerja dan siswa untuk melakukan aktivitas mereka dari rumah atau work from home (WFH). Pada masa WFH, seluruh komponen masyarakat diajak untuk melalui suatu tahap transformasi digital, sehingga hampir seluruh kegiatan sehari-hari dilakukan secara daring.
Pergeseran gaya hidup ini mengakibatkan adanya pergeseran pula dalam karakteristik utilisasi jaringan dan bandwidth nasional. Berdasarkan data dari penyedia jasa internet, beberapa layanan video/movie streaming dan permainan daring memiliki peningkatan traffic yang cukup signifikan, seperti Netflix yang meningkat hingga 140 persen dan traffic permainan daring meningkat hingga 61 persen. Pada jaringan seluler dapat terlihat pula bahwa konsumsi data juga meningkat sekitar 13 persen — 21 persen selama pandemi.
Dari sektor industri, klaster-klaster pandemi juga bermunculan sehinga menyebabkan para pelaku usaha membatasi jumlah dan durasi kerja dari karyawannya. Hal ini berdampak pada menurunnya produktivitas. Untuk menekan angka penularan Covid-19 pada perusahaan, pelaku industri pun mulai menerapkan solusi otomasi dan pemantauan internet-of-things (IoT) jarak jauh.
Melalui kedua solusi ini, proses produksi dan operasional penting perusahaan lainnya dapat berjalan normal tanpa intervensi yang signifikan dari para pekerja. Adanya pergeseran pada konsumen dan munculnya solusi layanan baru di industri mengharuskan penyedia jasa internet untuk memiliki jaringan yang tidak hanya lebih cepat tetapi juga lebih stabil. Pasalnya, masyarakat berharap akses internet dapat tersedia sepanjang waktu.
Aspek area cakupan juga menjadi perhatian karena tidak hanya penduduk di area perkotaan saja yang membutuhkan layanan internet yang cepat dan stabil, tetapi juga penduduk di area pinggiran kota bahkan pedesaan.
5G adalah teknologi generasi kelima dari standar jaringan pita lebar selular yang memiliki beberapa spesifikasi seperti Enhanced Mobile Broadband (eMBB) untuk kebutuhan komunikasi data kecepatan tinggi, Ultra Reliable Low Latency Communication (URLLC) untuk kebutuhan komunikasi data dengan response time yang sangat cepat, dan Massive Machine Type Communication (mMTC) untuk kebutuhkan komunikasi data yang melibatkan banyak perangkat.
Sebagai sebuah teknologi enabler, 5G memiliki peran penting dalam memenuhi ekspektasi layanan dan solusi-solusi yang muncul. Baik dari konsumen maupun dari industri. Dengan memperhitungkan dampak Covid-19 dan perkembangan area cakupan jaringan di daerah pinggiran kota dan pedesaan, 5G akan semakin memiliki dampak yang semakin besar, khususnya di perekonomian Indonesia.
Menilik pada studi yang dilakukan Institut Teknologi Bandung berjudul "Unlocking 5G Potential for Digital Economy in Indonesia", 5G diprediksi memiliki dampak sebesar Rp2.802 triliun pada 2030. Dampak lebih lanjut muncul pada tumbuhnya jumlah pekerjaan baru yang terkait dengan 5G.
Sebanyak 4,4 juta pekerjaan yang terkait dengan 5G diprediksi muncul pada 2030, disertai pula dengan peningkatan pendapatan per kapita sebesar Rp9,4 juta.
Melihat besarnya potensi dari 5G itu sendiri, sangat wajar apabila pemerintah memberikan perhatian khusus pada implementasi teknologi tersebut mengingat 5G datang tidak hanya dengan manfaat tetapi juga dengan tantangan. Salah satu tantangan terbesar tentunya adalah kebutuhan akan pemetaan pengalokasian pita spectrum 5G yang jelas serta perencanaan strategis level nasional untuk mengakomodasi implementasi yang lebih matang dan bersinergi dengan seluruh elemen pemerintah.
Dengan menjadikan 5G sebagai prioritas agenda nasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) diharapkan kementerian terkait dapat menetapkan parameter spesifik yang ingin dicapai, berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya serta sektor swasta untuk mencapai parameter tersebut.
Selain itu, memangkas proses birokrasi yang rumit di pusat dan daerah sekaligus mendorong iklim kompetisi industri serta menjamin manfaat bagi konsumen.
Pada awal Desember 2020, Kemenkominfo telah mengeluarkan peta jalan spektrum 5G sebagai usaha awal untuk menyelaraskan minat dan perhatian dari seluruh pemangku kepentingan lintas sektor. Peta jalan ini sangat penting sebagai langkah awal dalam menyusun Rencana Pita Lebar dan Konektivitas Nasional, khususnya dalam memberikan informasi mengenai kandidat pita dan rencana jadwal pengalokasian pita untuk 5G.
Namun, perencanaan yang lebih detail harus tetap dilakukan, terutama yang memuat beberapa indikator yang harus dicapai dalam hal kecepatan data, area cakupan, dan tarif, baik pada jaringan pita lebar maupun seluler. Termasuk pula di dalamnya adalah perencanaan penggelaran serat optik di area perkotaan, pinggiran kota, dan perdesaan oleh pihak swasta.
Tentunya masih banyak tantangan lain yang perlu dicari solusinya, seperti penetapan metode alokasi spektrum, kebijakan keamanan data dan privasi, dan sebagainya.
Namun, dengan adanya prioritas agenda nasional untuk 5G yang kemudian direalisasikan ke dalam sebuah Rencana Pita Lebar dan Konektivitas Nasional akan mulai membuka gerbang potensi 5G yang sangat besar sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut dengan sebaik mungkin untuk negara.