Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan berlanjutnya pola kerja dari rumah memberikan dampak positif bagi perusahaan rintisan (startup) di bidang perangkat lunak berbentuk layanan (SaaS).
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan momentum tersebut perlu dimanfaatkan untuk mengincar pasar secara global.
“Startup SaaS tumbuh sangat cepat dan memang terkait perubahan pola kerja hybrid sehingga SaaS memiliki pola mindset ‘Global target from day 1’ agar secara penuh bisa mendapatkan benefit dari market yang besar tahun ini,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (18/1/2021).
Edward melanjutkan khusus untuk pangsa pasar Indonesia kebutuhan SaaS perlu di ambil dari sisi bisnis-ke-bisnis (B2B) untuk strategi terjun ke pasar. Hal ini disebabkan oleh pangsa pasar langsung atau bisnis-ke-konsumen (B2C) masih kecil.
“Pasar B2C untuk SaaS masih kecil dan sulit bagi pelanggan di Indonesia. Selain itu, SaaS kan layanan dan jualannya secara daring, jadi kalau hanya menargetkan pasar lokal cukup sayang, karena begitu terunggah di website seluruh dunia bisa akses. Peluangnya besar,” katanya.
Berdasarkan laporan dari Market Watch (2019) bahwa produk SaaS di seluruh dunia diperkirakan akan tumbuh sekitar 21,2 persen antara 2018—2023, hingga mencapai angka US$117 miliar pada akhir 2022.