Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) di bidang perangkat lunak berbentuk layanan (software as a service/SaaS) dinilai mampu bertumbuh pesat pada 2021. Hal ini didukung tren bekerja secara hybrid.
Secara harfiah, hybrid dapat diartikan sebagai kombinasi dari dua atau lebih konsep yang menghasilkan turunan dengan dwifungsi sehingga metode kerja hybrid adalah paduan dari model kerja dari rumah dan kantor.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga menjadi katalisator yang makin membuka peluang model bisnis SaaS untuk bertumbuh.
Baca Juga Grab Tak Terganggu PPKM Jawa-Bali |
---|
“Selama mobilitas masyarakat masih rendah, ada PPKM dan juga pola kerja WFH [work from home] bisa menjadi pola permanen, ini jadi peluang sehingga perusahaan SaaS harus gencar tawarkan kerja sama dengan perusahaan di segala jenis. Bahkan sekarang juga dibutuhkan tools untuk UMKM,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (18/1/2021).
Selain itu, Bhima melihat bahwa model bisnis tersebut menawarkan produk yang tengah dibutuhkan perusahaan saat ini.
“Akan banyak perusahaan yang membutuhkan layanan berbasis SaaS baik untuk penataan supply chain [rantai pasokan], distribusi logistik, hingga pemasaran,” katanya.
Bhima menyebutkan, urgensi dari startup SaaS untuk menjawab kebutuhan tren kerja saat ini menyebabkan adanya persaingan yang makin ketat sehingga para pemain harus bisa bersaing dari sisi keamanan, reputasi, dan biaya paket yang kompetitif.
Terkait laporan dari Market Watch (2019) bahwa produk SaaS di seluruh dunia diperkirakan akan tumbuh sekitar 21,2 persen antara 2018—2023, hingga mencapai angka US$117 miliar pada akhir 2022.