Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan pemerintah agar pembelajaran tatap muka di sekolah ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah (pemda) dinilai memberikan ruang bertumbuh bagi perusahaan rintisan di bidang pendidikan.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan bahwa startup edutech akan diuntungkan dengan keputusan tersebut, di mana para pemain dapat mendulang potensi pengguna-pengguna baru. Namun, dia menekankan bahwa pertumbuhan akan berfokus di daerah dan tidak lagi perkotaan.
“Akan ada [pertumbuhan] sekitar 10 persen, terutama di daerah, karena membaiknya jaringan di daerah, sedangkan, guru dan murid sudah terbiasa dengan pola pembelajaran jarak jauh. Maka startup edukasi sekarang adalah penunjang dan memberikan materi tambahan kepada para murid,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (7/1/2021).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa startup edukasi harus mengupayakan strategi berkolaborasi dengan institusi pendidikan, hal ini pun menjadi ceruk besar yang harus dimanfaatkan dibandingkan harus bersaing secara manual untuk memperebutkan pelanggan melalui diskon, promo, dan program lainnya.
Namun, dia melanjutkan bahwa tantangan lain adalah upaya startup edutech untuk memberikan layanan gratis pada pelajar dan mahasiswa sehingga perlu ada kolaborasi dengan pihak lain atau menggunakan model bisnis yang sesuai seperti freemium agar tetap bisa mendapatkan cuan.
“Strategi yang perlu digencarkan sekarang ini adalah bahwa startup edukasi adalah lebih menyenangkan daripada sekolah daring,” ujarnya.
Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain and Company, aplikasi pendidikan di Asia Tenggara diunduh 20 juta kali sepanjang Januari-Agustus. Jumlahnya naik tiga kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya enam juta.