Bisnis.com, JAKARTA – Tahun depan dinilai menjadi ajang lahirnya ragam perusahaan rintisan (startup) baru untuk memperketat persaingan startup di Indonesia.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan bahwa minat tersebut didorong lantaran posisi Indonesia yang menjadi fokus investasi setelah China dan India makin menjadi kenyataan.
“Para pemain telah membuktikan bisa terus berkembang beserta animo para venture capital yang masuk ke banyak perusahaan startup di fase awal dan menengah membuat pipeline startup ekosistem Indonesia makin sehat,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (21/12/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa langkah India yang mempersulit investor China untuk menginvestasikan uang di perusahaannya setelah meningkatnya ketegangan di perbatasan India-China.
Alhasil, dengan menutup pintu bagi perusahaan modal ventura China ke India, mereka sekarang mengalihkan fokus ke Indonesia.
Sekadar catatan, saat ini perusahan modal ventura seperti Shunwei Capital dari pendiri Xiaomi dan BAce Capital yang didukung oleh Ant Group kini beralih dari India ke Indonesia.
Shunwei Capital, yang menjalankan dana senilai US$3 miliar, berencana untuk membuat lebih banyak kesepakatan di Indonesia dan mengatakan bahwa mereka tidak melakukan investasi baru di India untuk saat ini.
“Kesan bahwa para investor tidak ingin tertinggal peluang ini sangat terasa,” ujarnya.
Selain itu, dia menilai bahwa ekosistem startup makin sehat lantaran para unikorn yang sudah membuktikan diri bisa terus berkembang sesuai dengan prediksi besarnya pasar di Indonesia dan tengah dalam proses menapakkan diri melangkah ke bursa.
Menurut catatan Bisnis.com, J.P. Morgan Sekuritas Indonesia percaya bahwa beberapa perusahaan internet unicorn tanah air akan mulai melakukan penawaran saham umum perdana dalam satu hingga tiga tahun mendatang. Aksi korporasi ini juga dianggap akan menjadi katalis positif untuk indeks acuan.
Dalam risetnya, Head of Indonesia Research & Strategy J.P Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo mengatakan ekonomi digital Indonesia saat ini berada di kisaran US$50 miliar, setara dengan 5 persen GDP, dan kurang dari 10 persen kapitalisasi pasar modal.