Bisnis.com, JAKARTA – Penetrasi layanan Gopay diprediksi bakal makin dalam seiring dengan kolaborasi yang terjalin antara Telkomsel dengan Gojek.
Pasalnya, bagi Telkomsel, pemanfaatan data milik Gojek akan membuat produk anak usaha milik Telkom tersebut makin kreatif.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzuddin Al Farras Adha mengatakan bahwa kerja sama yang terjalin akan meningkatkan akses UMKM terhadap layanan keuangan Gopay.
Telkomsel yang merupakan operator dengan jumlah pelanggan terbesar – 170,1 juta pelanggan – memiliki cakupan layanan yang luas, yang memungkinkan layanan keuangan digital milik Gojek, Gopay, bisa melakukan penetrasi lebih jauh.
“Kerja dapat meningkatkan akses UMKM terhadap layanan keuangan dalam hal ini Gopay,” kata Izzudin kepada Bisnis, Selasa (17/11).
Dia mengatakan bahwa sejauh ini OVO memiliki kekuatan yang cukup besar. Lippo Grup sebagai salah satu pemilik OVO memiliki layanan yang beragam. OVO juga memiliki kerja sama dengan Tokopedia, sehingga mereka bisa masuk ke pasar dagang el.
Adapun Gopay, kata Izzudin, layanannya sebagian besar tertuju kepada masyarakat dan UMKM. Kerja sama dengan Telkomsel dan Gojek akan membuat penetrasi layanan Gopay makin luas.
“Gopay masih banyak perlu masuk ke UMKM atau masyakat. Untuk penetrasi ke sana butuh pendanaan besar, sehingga pendanaan ini dapat membantu Gopay,” kata Izzudin.
Chief Marketing Officer Jarvis Asset Management, Kartika Sutandi mengatakan melalui kerja sama tersebut Gopay berpeluang menjadi lebih besar dibandingkan dengan OVO.
Telkomsel, kata dia, bisa saja menjadikan Gopay sebagai satu-satunya layanan keuangan digital yang memiliki akses untuk isi pulsa para pelanggan Telkomsel. Jika skema tersebut dilakukan maka transaksi di Gopay bakal melejit.
“Tergantung, kalau Telkom atau Telkomsel hanya memperbolehkan Gopay saja untuk top up pulsa maka lebih cepat [tumbuh Gopay],” kata Kartika.
Meski demikian, sambungnya, tantangan terberat Gopay untuk menyalip OVO adalah kekosongan kerja sama dengan perusahaan dagang el. Gopay tidak memiliki portofolio di sana.
Dia berpendapat bahwa setelah bekerja sama dengan Telkomsel, Gopay dapat masuk ke Shopee. Alasannya, keduanya pernah mendapat suntikan dana dari Tencent.
“Tinggal sekarang Shopee mau atau tidak. Memang Shopee sudah memiliki Shopee pay tapi tidak terlalu besar dan beberapa restoran juga belum bisa dipakai,” kata Kartika.
Bagi Telkomsel, kata dia, kerja sama ini hanyalah awal dalam memasuki dunia aplikasi. Dia meyakini bahwa ke depan Telkomsel akan makin banyak menggandeng perusahaan-perusahaan pengembang aplikasi besar.
“Telkomsel juga belum memiliki investasi di perusahaan dagang el. Dia bisa pilih di sana ada Shopee, Bukalapak, Tokopedia dan lain sebagainya, kan bisa pilih salah satu,” kata Kartika.
Sebelumnya, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Muhammad Ridwan Effendi menilai salah satu alasan Telkom ingin investasi di Gojek melalui Telkomsel, karena sistem data agregat yang dimliki Gojek.
Telkom sebelumnya sempat berusaha untuk mengembangkan data agregat melalui Blanja.com, sayangnya rencana tersebut tidak nampak hasilnya hingga Blanja.com berhenti beroperasi.
Dengan berinvestasi ke Gojek, maka kedua belah pihak dapat tumbuh bersama dengan saling mengolah big data yang dimiliki masing-masing perusahaan.
Telkom memiliki sistem pembuatan profil atau profiling yang lengkap mengenai kebiasaan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi. Sedangkan Gojek, kuat dalam hal profiling gaya hidup.
Kolaborasi keduanya akan membuat Telkom memahami karakter masyarakat tidak hanya dari kebiasaan komunikasi mereka, namun juga kebiasaan masyarakat dalam berbelanja dan memesan makanan. Dengan menguasi data tersebut maka Telkom dapat mengeluarkan produk yang lebih variatif.
“Saat ini waktunya bagi Telkom untuk masuk ke industri digital dan memperkuat portfolio digitalnya,” kata Ridwan.