Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mulai meninggalkan bisnis menara dengan melepas sepertiga dari total menara yang mereka miliki ke PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).
Telkomsel mengikuti jejak PT Xl Axiata Tbk. dan PT Indosat Tbk. yang telah meninggalkan bisnis menara sejak 2 tahun lalu.
Analis Kresna sekuritas Etta Rusdiana berpendapat alasan Telkomsel baru melepas sejumlah menara yang mereka miliki karena kebutuhan investasi yang besar dalam menggelar 5G. Era generasi kelima makin dekat seiring dengan potensi kehadiran spektrum frekuensi baru pada bandwith 2,3 GHz dan 700 MHz pada 2022.
Di samping itu, Undang-Undang Cipta Kerja yang memperbolehkan berbagi spektrum dan infastruktur aktif dalam menggelar 5G turut menjadi pemacu kehadiran 5G di Tanah Air. Telkomsel pun bergegas menyiapkan anggaran besar untuk mengembangkan 5G.
Selain mendapat dana segar dari penjualan menara, kata Etta, Telkomsel juga berpeluang untuk menghemat biaya operasional berkisar 30 persen - 50 persen dengan beralih dari pemilik menjadi penyewa menara.
“Karena sekarang akan memasuki capex cycle 5G dan detail aturan berbagi frekuensi/jaringan akan segera keluar,” kata Etta kepada Bisnis, Minggu (25/10/2020).
Etta menambahkan ke depan persaingan operator seluler juga akan berubah. Operator tidak lagi mengandalkan konektivitas untuk berkompetisi. Persaingan sudah meningkat dan mengarah pada produk dan layanan kepada pelanggan.
Adapun mengenai 6.050 menara —atau hanya sepertiga dari total menara Telkomsel— yang dilepas oleh Telkomsel ke Mitratel, akan disesuaikan dengan rencana bisnis Telkomsel. Anak usaha Telkom tersebut sangat berhati-hati dalam melepas menara yang mereka miliki.
“Ibarat menyerahkan nyawa kepada pihak luar. Kartunya tetap kita yang pegang. Yang diserahkan tentu yang ada alternatif di dekatnya,” kata Etta.
Senada, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono mengatakan bagi operator seluler menara merupakan aset strategis karena makin banyak menara berarti makin luas cakupan layanan operator. Dari sisi pelanggan, kata dia, masyarakat juga cenderung memilih operator dengan cakupan yang bagus.
“Operator menjadikan menara sebagai alat untuk membangun strategi kompetisi,” kata Kristiono.
Kristiono menjelaskan dengan memiliki menara sendiri operator bisa dengan leluasa menempatkan antenanya pada titik ketingginan yang dikehendaki. Makin tinggi antena atau pemancar diletakan di menara, maka cakupan yang diberikan akan makin luas.
Arah pemancar juga berpengaruh terhadapa layanan yang diberikan. Biasanya, pemancar menghadap daerah dengan jumlah penduduk terpadat agar kualitas layanan yang diberikan lebih optimal.
Dia menuturkan dengan menyewa kepada penyedia menara netral, maka pengaturan letak pemancara menjadi wewenang penyedia menara. Keleluasaan dalam mengatur ketinggian menara umumnya hanya diberikan kepada operator seluler yang pertama kali menyewa menara.
“Kalau bukan penyewa pertama sering tidak diperoleh titik ketinggian yang diinginkan,” kata Kristiono.
Mengenai langkah Telkomsel yang hanya melepas sepertiga dari total menara yang dimilikinya, Kristiono menilai letak 6.050 menara tersebut sudah tidak stategis lagi. Penetrasi menara terus berkembang membuat pasar menjadi jenuh. Letak menara pun saling berdekatan.
Dalam kondisi tersebut, Telkomsel memiliki pilihan untuk menjaga layanannya yaitu dengan menyewa menara milik penyedia menara bersama operator lainnya atau menggunakan menara sendiri dengan konsekuensi biaya pengeluaran yang lebih besar untuk perawatan.
“Jadi timing melepas menara tergantung beberapa faktor tersebut, mana yang dominan apakah faktor peran strategisnya atau ada kebutuhan cash out yang mendesak dari operator,” katanya.
Sebelumnya, Telkomsel melepas kepemilikannya atas 6.050 menara telekomunikasi kepada Mitratel dengan nilai Rp10,3 triliun. Pengalihan kepemilikan dilakukan secara bertahap hingga ditargetkan selesai pada akhir kuartal I/2021.
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan kesepakatan ini dilakukan sebagai komitmen dalam melanjutkan transformasi perusahaan.
“Dana yang diperoleh dari transaksi ini akan dimaksimalkan untuk mengembangkan investasi dalam membangun ekosistem digital Telkomsel, dengan terus menjadi yang terdepan untuk menghadirkan konektivitas, layanan, serta platform berbasis digital yang customer-centric,” ungkap Setyanto, Selasa (20/10/2020).