Bisnis.com, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan satu set kelenjar ludah yang terletak jauh dibagian atas tenggorokan, demikian dikutip dari Live Science pada Rabu (21/10/2020).
Daerah di belakang hidung atau nasofaring tidak dianggap bisa menampung apa pun kecuali kelenjar ludah yang mikroskopis dan menyebar. Namun organ yang baru ditemukan itu rata-rata panjangnya adalah sekitar 3,9 cm.
Karena lokasinya di atas sepotong tulang rawan yang disebut torus tubarius, para penemu kelenjar baru ini menamainya sebagai kelenjar ludah tubarial.
Kelenjar mungkin melumasi dan melembabkan tenggorokan bagian bagian atas di belakang hidung dan mulut, tulis para peneliti pada 23 September melalui jurnal Radiotheraphy dan Oncology yang dipublikasikan melalui sciencedirect.com.
Penemuan ini terjadi secara tidak sengaja. Para ilmuwan di Institut Kanker Belanda menggunakan kombinasi CT scan dan tomografi emisi positron (PET) scan yang disebut PSMA PET-CT untuk mempelajari kanker prostat.
Dalam PSMA PET-CT, dokter menyuntikkan pelacak radioaktif pada pasien. Pelacak ini mengikat dengan baik protein PSMA yang meningkat dalam sel kanker prostat.
Dikarenakan uji klinis menemukan bahwa pemindaian uji PSMA PET-CT lebih baik daripada pencitraan konvensional saat mendeteksi kanker yang bermetastasis.
Pemindaian PSMA PET-CT juga berfungsi dengan baik untuk mendeteksi jaringan kelenjar ludah, yang juga memiliki PSMA yang tinggi.
Hingga saat ini, terdapat tiga kelenjar ludah yang besar pada manusia yaitu satu dibawah lidah, satu di bawah rahang dan satu di belakang rahang, di belakang pipi.
Di luar itu, mungkin seribu kelenjar ludah mikroskopis tersebar di seluruh jaringan mukosa tenggorokan dan mulut. Hal ini diungkapkan rekan penulis dan ahli onkologi radiasi Institut Kanker Belanda Wouter Vogel.
"Jadi, bayangkan keterkejutan kami ketika kami menemukan ini," ungkap Vogel.
Untuk mengonfirmasi penemuan, Vogel dan rekannya mefoto 100 pasien, 99 diantaranya laki-laki karena berfokus kepada kanker prostat dan menemukan semuanya memiliki organ kelenjar ludah yang baru ditemukan.
Mereka juga membedah daerah nasofaring dari dua mayat melalui program donasi tubuh manusia dan menemukan bahwa daerah yang baru ditemukan terdiri dari jaringan kelenjar mukosa dan saluran yang mengalir ke nasofaring.
Penemuan ini dipercaya penting untuk pengobatan kanker. Para dokter menggunakan radiasi di kepala dan leher untuk mengobati kanker berusaha menghindari penyinaran pada kelenjar ludah.
Vogel mengungkapkan kerusakan pada kelenjar ini dapat mempengaruhi kualitas hidup.
"Pasien mungkin akan kesulitan saat makan, menelan atau berbicara, yang kemudian akan menjadi beban," ungkapnya.
Namun karena tidak ada yang tahu tentang kelenjar ludah tubarial, tidak ada yang berusaha menghindari radiasi di wilayah itu.
Para peneliti memeriksa catatan lebih dari 700 pasien kanker yang dirawat di University Medical Center Groningen, Belanda dan menemukan bahwa semakin banyak radiasi yang diterima pasien di area kelenjar yang tidak diketahui, semakin banyak efek samping yang mereka laporkan dari perawatan mereka.
Penemuan baru ini bisa diarahkan pada efek samping yang lebih sedikit untuk pasien kanker.
"Langkah kami berikutnya adalah untuk mencari cara terbaik untuk menyelamatkan kelenjar baru ini untuk setiap pasien. Jika bisa melakukan ini, pasien mungkin mengalami lebih sedikit efek samping, yang akan menguntungkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan setelah perawatan," harap Vogel.