Menjaga Perairan Darat Indonesia

Ika Fatma Ramadhansari
Selasa, 20 Oktober 2020 | 08:46 WIB
Warga memberi makan ikan di kolam air tawar, Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (13/9)./ANTARA-Hendra Nurdiyansyah
Warga memberi makan ikan di kolam air tawar, Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (13/9)./ANTARA-Hendra Nurdiyansyah
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun kebutuhan air darat atau dikenal dengan istilah air tawar ini makin meningkat.

Namun dengan penambahan penduduk ini, manusia yang senantiasa melakukan aktivitas yang tanpa sengaja atau tidak menyisakan ampas-ampas yang tidak alami. Istilah ini juga disebut sebagai aktivitas antropogenik.

Aktivitas antropogenik ini seringkali berdampak buruk bagi lingkungan. Salah satu yang dicemari adalah perairan darat. Tempat dimana sebenarnya kehidupan manusia bergantung.

Untuk itu manusia juga sebagai sumber "obat" dari perilakunya sendiri juga berusaha melakukan perbaikan. Seperti mempelajari, memahami, dan menjaga lingkungannya.

Melalui siaran pers pada Senin (19/20/2020), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan ekosistem akuatik seringkali mendapatkan dampak negatif dari aktivitas antropogenik.

"Salah satu biota akuatik yang terdampak oleh aktivitas antropogenik di daerah tangkapan air adalah organisme makrozoobentos. Hewan tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai indikator biologi perairan," ungkap Ocky Karna Radjasa, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI dalam siaran pers.

Menurutnya perlunya pengembangan hewan ini untuk disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada, karena hewan ini relatif unggul sebagai alat untuk evaluasi kualitas lingkungan dibandingkan dengan biota akuatik lainnya seperti; ikan, plankton, dan lainnya.

Peneliti Pusat Penelitian Limonologi LIPI Gunawan Pratama Yoga dilain sisi mengungkapkan perlunya untuk melakukan kajian toksisitas bahan pencemar terhadap biota di perairan darat agar bisa menilai risiko keberadaan bahan pencemar bagi sumber daya hayati perairan darat.

Kajian ini diperlukan mengingat di Indonesia sendiri perlu diukur tingkat toleransi dalam menerima beban pencemaran yang dari hari ke hari semakin tinggi, agar kelestarian lingkungannya dapat dijaga.

Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih dalam besok Rabu 21 Oktober 2020 pukul 09.00 WIB akan diadakan webinar terkait melalui akun Youtube Pusat Penelitian Limnologi LIPI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper