Cara Hindari Kejahatan Siber dalam Transaksi Digital

Dewi Andriani
Selasa, 29 September 2020 | 15:49 WIB
Ilustrasi seorang pria sedang mengetik kode siber./Reuters-Kacper Pempe
Ilustrasi seorang pria sedang mengetik kode siber./Reuters-Kacper Pempe
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Selama masa pandemi Covid-19, ketika banyak masyarakat yang melakukan berbagai aktivitas dari rumah, sebagian besar transaksi kini dilakukan secara digital, baik melalui mbanking, kartu kredit, maupun dengan menggunakan platform dompet digital.

Namun, para nasabah harus tetap meningkatkan kewaspadaan saat melakukan transaksi secara digital, sebab tak sedikit pelaku kejahatan siber yang mengincar sektor di bidang jasa keuangan.

Kamala Kannan, IT Manager ManageEngine mengatakan agar terhindar dari kejahatan siber, para nasabahan harus mematuhi berbagai pedoman keamanan dan hanya menggunakan versi aplikasi terbaru.

“Selain itu, hindari penggunaan komputer biasa atau jaringan terbuka saat melakukan transaksi online karena risikonya lebih besar,” tuturnya, dalam keterangan yang diterima Bisnis, Selasa (29/9/2020).

Di sisi lain, pihak penyedia jasa keuangan seperti perbankan juga harus mampu menjaga aplikasi web agar dapat diaudit dan terus diperbarui untuk menjaga keamanan. “Mereka juga harus menyediakan peningkatan keamanan seperti otentikasi multi-faktor, pemberitahuan transaksi, pemberitahuan perubahan ke seluler untuk nasabah,” ujarnya.

Selain itu, untuk menjaga keamanan data para nasabah sekaligus keamanan aset, industri perbankan perlu memanfaatkan komputasi awan atau cloud agar keamanan aset digital dapat ditangani oleh para ahli dan komponen khusus.

Sebab, melalui cloud, perusahaan dapat memastikan keamanan data dengan kontrol akses komprehensif. Pemantauan juga dapat terus menerus dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran kepatuhan (compliance violations), kerentanan, akses tidak sah (unauthorized access), dan aktivitas mencurigakan.

“Pengguna akhir atau end user merupakan titik terlemah dalam strategi keamanan siber, sehingga dengan adanya cloud kita dapat memisahkan lapisan antara penyedia layanan dan end users, dengan jelas,” tuturnya.

Diakui olehnya bahwa kebutuhan TI pada sektor perbankan telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pergeseran ke cloud baru saja meningkat. Permintaan komputasi awan di sektor perbankan dan keuangan akan meningkatkan kebutuhan penyedia layanan awan untuk mematuhi peraturan kedaulatan data dan privasi data.

“Keamanan merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama dalam komputasi awan. Namun, sebagian besar bergantung pada penyedia cloud. Oleh karena itu, diperlukan uji tuntas (dan evaluasi yang tepat saat memilih mitra atau penyedia layanan cloud,” tambahnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper