Bisnis.com, JAKARTA - Selama pandemi, perusahaan rintisan yang bergerak pada bidang peer-to-peer lending (P2P) menghadapi tantangan yang besar untuk menaikkan kinerja.
CEO Modal Rakyat Stanislaus MC Tandelilin mengatakan, selama pandemi ini kinerja perusahaan hanya tergerus 25%. Dia menyebut kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan banyak perusahaan P2P lending lain yang tergerus lebih dari 50%.
“P2P lending kan perantara antara borrower dan lender. Nah, selama pandemi ini lender dan borrower punya isu masing-masing. Ini yang mempengaruhi kinerja start-up P2P lending,” ujar Stanis saat dihubungi Bisnis, Jumat (4/9/2020).
Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 yang memberikan hawa ketidakpastian sangat mempengaruhi kinerja para borrower dan lender.
Pasalnya, para lender dalam skala individu maupun korporat yang tergabung dengan Modal Rakyat justru menunda menggelontorkan pinjaman.
Dia mengaku, lender yang justru paling banyak mundur selama pandemi adalah lender dari kalangan korporasi.
“Lender panik, kami juga sempat panik. Penyaluran kredit dari lender sampai turun 25%. Namun kami masih eksis karena ada 50.000 lender individu yang masih bisa menopang ketika lender korporat melepas,” ujarnya.
Di lain pihak, borrower juga menghadapi tantangan berbeda. Pasalnya, sejak pandemi menyeruak, para borrower banyak yang mengajukan relaksasi kredit.
Kondisi ini membuat perusahaan start-up P2P lending mau tak mau harus melakukan komunikasi ekstra untuk menemukan kesepakatan antara borrower dan lender.
“Modal Rakyat sendiri kenapa masih bisa bertahan, karena mayoritas borrower kami adalah usaha yang bergerak pada sektor e-commerce atau logistik yang mana selama pandemi ini malah tumbuh,” terangnya.