Fisikawan Jelaskan Bagaimana Alam Semesta Mati

Syaiful Millah
Kamis, 13 Agustus 2020 | 14:22 WIB
Tata Surya/Reuters
Tata Surya/Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Para peneliti mengungkapkan bahwa akhir alam semesta akan perlahan-lahan menghilang dari semua bintang sampai terjadi kegelapan pekat di seluruh kosmos.

Ketika waktu yang kita ketahui berakhir, itu tidak akan terjadi dengan cara yang sama seperti semesta muncul yakni ledakan, melainkan kematian yang lambat dari kosmos. Sejak Big Bang terjadi hampir 14 miliar tahun lalu, alam semesta terus mengembang dengan kecepatan yang terus meningkat.

Termodinamika merupakan studi tentang panas dan energi serta bagaimana pengaruhnya terhadap satu sama lain. Hukum pertamanya menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi hanya dipindahkan dan diubah menjadi jenis yang berbeda.

Sementara hukum kedua termodinamika telah memberi para ilmuwan wawasan tentang akhir alam semesta yang dingin dan sepi. Penjelasan paling sederhananya adalah bahwa panas secara alami akan berpindah ke tempat yang lebih dingin, tapi tidak akan pernah dapat dilakukan dengan efisiensi hingga 100 persen.

Perihal di balik transfer ini disebut entropi yang pada dasarnya menentukan urutan molekul yang menyusun sesuatu. Misalnya molekul air dalam es batu akan memiliki lebih banyak urutan daripada jumlah molekul yang sama dalam air sebagai gas.

Ini berarti bahwa panas dan energi molekul telah tersebar saat mereka berpindah dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Saat akhir alam semesta, satu-satunya yang tersisa adalah sisa-sisa bintang mati dan lubang hitam, tanpa energi tersisa untuk membantu bentuk baru apapun.

Akhirnya, saat bintang mati dan lubang hitam mulai juga mulai punah, para peneliti menyatakan bahwa alam semesta tidak akan berisi apapun di seluruh alam semesta, sampai tidak ada yang tersisa lagi.

Matt Caplan, fisikawan teoritis dari Illinois State University menyebut akhir dari alam semesta akan menjadi tempat yang menyedihkan, sepi, dan dingin, “Ini dikenal sebagai ‘kematian panas’, di mana alam semesta akan menjadi sebagian besar lubang hitam dan bintang yang terbakar,” katanya seperti dikutip Express, Kamis (13/8).

Layaknya bintang katai putih, bintang katai hitam sebagian besar terdiri dari elemen ringan seperti karbon dan oksigen yang berukuran sebesar Bumi tetapi memiliki massa yang sama Matahari.

Fisikawan Jelaskan Bagaimana Alam Semesta Mati

Caplan menyatakan bahwa bintang bersinar karena fusi termonuklir yang cukup panas untuk menghancurkan inti kecil bersama-sama guna membuat inti yang lebih besar kemudian melepaskan energi.

Bintang katai putih adalah abu, mereka terbakar tetapi reaksi fusinya masih bisa terjadi karena penerowongan kuantum dengan proses yang jauh lebih lambat. Penggabungan itu terjadi bahkan pada suhu nol hanya saja membutuhkan waktu yang sangat lama.

Namun demikian, para peneliti memperkirakan bahwa akhir dari semesta akan terjadi sekitar -10 pangkat 32.000 tahun mendatang. Dengan kata lain, 10 diikuti oleh 32.000 angka nol tahun mendatang. Pada saat itu, masih akan ada benda langit mati yang melayang di dalam kehampaan.

Caplan menyebut sulit membayangkan apa pun yang terjadi setelah itu. Supernova katai hitam mungkin menjadi hal terakhir yang terjadi di alam semesta. Itu mungkin akan menjadi supernova terakhir yang pernah ada.

“Galaksi akan menyebar, lubang hitam akan menguap, dan perluasan alam semesta akan menarik semua objek yang tersisa sehingga tidak ada yang akan pernah melihat objek lainnya meledak. Bahkan secara fisik tidak mungkin bagi cahaya untuk melakukan perjalanan sejauh itu,” katanya.

Fisikawan Jelaskan Bagaimana Alam Semesta Mati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper