Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan diplomatik antara India dan China diyakini memberikan peluang bagi pelaku bisnis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal melihat ketegangan antara dua raksasa teknologi ini akan berimbas pada basis produksi di kedua negara tersebut, khususnya dari Negeri Bambu. Pasalnya, China merupakan negara yang sudah menyuntikkan miliaran dolar AS ke startup India. Adapun vendor ponsel pintar China juga merajai pasar ponsel India.
“Ada kecenderungan mereka [China] untuk mengalihkan sektor teknologinya ke pasar Asean dan kalau melihat juga secara kesinambungan ekosistem, dari sisi potensi market yang besar, saya rasa Indonesia dapat menangkap peluang tersebut," katanya kepada Bisnis, Selasa (7/7/2020).
Fithra mengatakan bahwa ada kemungkinan China akan melakukan relokasi investasi ke pasar Asean. Hal ini bisa dilakukan apabila hubungan China dan India makin larut dan terus memanas.
Dia menyebutkan tantangan saat ini adalah dari pemerintah untuk menjadi fasilitator dalam menangkap peluang dan dapat terkoneksi dengan jaringan global kedua negara tersebut, terutama di bidang TIK. Menurutnya, salah satu cara menangkap potensi ini harus disikapi dengan kesiapan infrastruktur dalam negeri yang harus bisa menyesuaikan kebutuhan investasi tersebut.
“Tentu dari sini pemerintah sebagai fasilitator bagaimana pemerintah, menfasilitasi kemungkinan investasi tersebut dan Indonesia menjadi kemungkinan [pilihan] investasi di China dan pengembangan sektor TIK. Namun, dalam beberapa tahun belakangan belum terkonsentrasi ke sana [sektor TIK], dan perlu untuk kita memperkuat sistem kita. Kominfo juga sudah beberapa kali membuat roadmap terkait TIK tersebut tetapi harus dibuat lebih konkret peta jalannya,” paparnya.
Sebagai informasi tambahan, belum lama ini India memblokir 59 aplikasi dari China termasuk TikTok, UC Browser dari Alibaba, dan WeChat. Larangan tersebut diperkirakan menjadi pukulan bagi industri aplikasi Cina yang kehilangan basis instalasi yang kuat di luar negara asalnya
Adapun, China sebenarnya cukup mendominasi pasar internet besar di India, baik dalam perangkat keras maupun perangkat lunak. Perusahaan China seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus, dan raksasa teknologi China Alibaba (BABA) dan Tencent (TCEHY) adalah investor utama di beberapa perusahaan startup di negara itu.
Lembaga khusus India untuk hubungan global, Gateway House mencatat investor China telah menyuntikkan dana sebesar US$4 miliar sejak 2015 dan terdapat 15 lebih startup India memiliki investor China. Contohnya Alibaba yang berinvestasi di startup e-commerce Snapdeal, dompet digital Paytm dan pengiriman makanan Zomato.
Huawei juga masih menjalankan program untuk membantu India membangun infrastruktur jaringan 5G untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital India.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono menambakan ketegangan antara China dan Indi juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat sisi perusahaan rintisan dalam negeri. “Kesempatan untuk menarik investasi mereka ke Indonesia. Terutama memperkuat ekosistem startup kita,” jelasnya.