Startup Perlu Pahami Keunikan Konsumen Indonesia

Rahmad Fauzan
Senin, 29 Juni 2020 | 19:24 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kesiapan merespons karakter dan keunikan pasar menjadi kunci bagi ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia untuk tetap berada pada tren positif di masa depan.

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono menilai Indonesia merupakan pasar yang cukup baik bagi perusahaan-perusahaan rintisan (startup) sehingga kondisi tersebut perlu diawasi dengan baik oleh pelaku industri terkait.

"Konsistensi dibutuhkan. Kalau pengawasan tidak dilakukan, maka akan meruntuhkan kepercayaan masyarakat yang selama ini jadi modal," kata Handito kepada Bisnis, Senin (29/6/2020).

Menurut Handito, konsumen di Indonesia memiliki karakter yang unik di mana terdapat keinginan yang kuat untuk mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena itu, pelaku industri startup dituntut mampu berinovasi dengan melakukan pembaruan-pembaruan.

Hal tersebut, kata Handito, menjadi hal yang selama ini menjadi tantangan bagi pelaku industri startup di Indonesia. Terkait dengan dorongan untuk berinovasi, pembenahan pun dikatakan perlu dilakukan terhadap program-program pengembangan talenta digital yang selama ini dinilai hanya berorientasi kepada jumlah.

"Ke depan haruslah dibuat program pengembangan talenta digital yang lebih mendasar dalam hal coding sampai level advanced dengan mengoptimalkan beberapa sentra koding di Jogja, Bandung, Bali, Bogor,dan Jakarta," jelas Handito.

Diberitakan sebelumnya, ekosistem perusahaan rintisan di Jakarta berhasil menempati peringkat dua sebagai ekosistem terbaik dalam laporan terbaru Startup Genome berjudul The Global Startup Ecosystem Report 2020.

Dalam laporan yang diterima Bisnis.com, Senin (29/6/2020) tersebut, nilai ekosistem startup di Jakarta disebut mencapai US$26,3 miliar dan berhasil melahirkan lima perusahaan dengan valuasi lebih dari US$1 miliar dalam 10 tahun terakhir.

Sementara dari segi penadanaan tahap awal, dalam kurun waktu 2017-2018 perusahaan-perusahaan rintisan di Jakarta berhasil meraup US$845,9 juta.

Adapun, ekosistem startup di Jakarta berhasil meraup poin sempurna untuk 3 Dari 4 faktor yg menjadi indikator, yakni performa, pendanaan, dan jangkauan pasar. Sementara faktor talenta digital, masih menjadi kelemahan ekosistem startup di Jakarta.

Ekosistem sistem startup Ibu Kota kalah 1 poin dari Mumbai yang berhasil mendapatkan nilai 10 dan menduduki peringkat pertama.

Meski demikian, ekosistem startup di Jakarta mengungguli Mumbai dari segi valuasi. Dalam hal ini, valuasi ekosistem perusahaan rintisan di Jakarta berhasil menduduki peringkat pertama dunia, yakni mencapai US$26,3 miliar.

Nilai tersebut mengalahkan beberapa ekosistem lainnya, seperti Guangzhou (China) dengan nilai US$19,2 miliar, Kuala Lumpur (Malaysia) US$15,3 miliar, Mumbai (India) US$15 miliar, dan Nanjing (China) US$10 miliar.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper