Bisnis.com, JAKARTA – Uber Technologies dikabarkan telah mengajukan penawaran untuk mengakuisisi Grubhub.
Jika terwujud, langkah ini dapat menggabungkan dua aplikasi pengiriman makanan terbesar di Amerika Serikat tersebut ketika pandemi virus corona (Covid-19) mendorong lonjakan permintaan untuk layanan antar makanan.
Menurut sumber terkait yang identitasnya dirahasiakan, kedua perusahaan sedang dalam pembicaraan dan bisa saja mencapai kesepakatan paling cepat bulan ini.
“Pembahasan mengenai hal tersebut sedang berlangsung dan pembicaraan masih bisa gagal,” ungkap sumber yang dimaksud, seperti dilansir melalui Bloomberg, Rabu (13/5/2020).
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan Grubhub mengindikasikan terbukanya peluang konsolidasi di dalam industri pengiriman makanan seiring dengan upaya perusahaan untuk melihat peluang peningkatan nilai.
“Kami tetap percaya diri dalam strategi kami saat ini dan inisiatif kami baru-baru ini untuk mendukung restoran-restoran di situasi yang menantang ini,” papar Grubhub.
Di sisi lain, Uber hanya menyatakan tidak akan menanggapi premi M&A (merger and acquisition) yang spekulatif. Perusahaan menegaskan terus mencari cara untuk memberikan nilai lebih kepada para pelanggannya di semua bisnis yang dioperasikan.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Grubhub melonjak 39 persen dalam perdagangan New York setelah dihentikan sementara. Saham perusahaan ini kemudian naik tajam 29 persen pada penutupan perdagangan Selasa (12/5/2020) di New York. Adapun, saham Uber naik 2,3 persen pada Selasa.
Didirikan pada tahun 2004, Grubhub adalah perusahaan pengiriman makanan berusia terlama di AS. Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan dari DoorDash Inc. dan Uber telah menekan margin laba Grubhub.
Tekanan semakin bertambah dengan merebaknya penyakit virus corona (Covid-19), sehingga memaksa Grubhub untuk menarik panduan keuangan untuk tahun 2020 pada bulan lalu.
Senasib dengan Grubhub, Uber juga menarik proyeksinya dan mengatakan bahwa rencana untuk mengubah laba yang disesuaikan secara triwulanan tahun ini akan ditunda hingga 2021.
Sebagai bagian dari serangkaian langkah pemangkasan biaya, Uber menutup operasi pengiriman makanan di tujuh negara di mana layanan tersebut terbukti tidak populer.
“Pasar-pasar tersebut mewakili 1 persen dari pemesanan kotor Uber Eats dan 4 persen dari kerugian yang disesuaikan sebelum bunga, pajak, dan biaya lainnya untuk kuartal pertama 2020,” papar Uber pekan lalu.
Bisnis layanan transportasi Uber sendiri telah terpukul pandemi corona, tetapi di AS dan pasar maju lainnya, layanan antar makanan telah membantu perusahaan yang berbasis di San Francisco ini mendorong penjualannya karena kebanyakan orang tinggal di rumah.
Tetap saja, layanan pengiriman makanan sebagian besar tidak menguntungkan. Dinamika itu telah menimbulkan banyak spekulasi mengenai potensi konsolidasi di industri ini.
“Sebuah kesepakatan akan membantu mengonsolidasikan pasar pengiriman makanan berbasis daring di AS dan mengurangi cash burn,” tulis analis industri senior Bloomberg Intelligence Mandeep Singh pada Selasa (12/5).