Bisnis.com, JAKARTA - Kebocoran data yang terjadi di Tokopedia diyakini tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja dan reputasi industri dagang elektronik (dagang-el) di Tanah Air.
Menurut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Ignatius Untung, dampak terhadap kinerja dan reputasi industri memang dirasakan pada saat kebocoran terjadi. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya situasi kembali normal setelah proses pemulihan.
"Saya rasa [dampaknya] enggak akan terlalu besar. Pada saat kejadian pasti ada dampaknya. Tapi dari yang sudah-sudah, recovery akhirnya bisa dilakukan," ujar Ignatius kepada Bisnis, Senin (11/5/2020).
Meski diperkirakan tidak berdampak signifikkan, Ignatius mengatakan kebocoran data pengguna yang dialami oleh platform dagang-el dipastikan akan mengakibatkan terjadinya penurunan transaksi.
Sejauh ini, tindak lanjut terkait kasus pembobolan data Tokopedia masih dilakukan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bekerja sama dengan beberapa pihak untuk selanjutnya diambil langkah-langkah mitigasi.
Namun, pihak BSSN belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut karena proses pengerjaan langkah mitigasi masih berlangsung.
Menurut Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi K. Sutedja, waktu yang diperlukan untuk melakukan pemulihan tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang terlibat.
Untuk perusahaan yang memiliki sumber daya manusia (SDM) terampil di bidang audit forensik digital pemulihan paling cepat dapat dilakukan dalam waktu 48 jam.
"Namun, proses recovery setelah peretasan biasanya relatif, ada yang cepat ada yang lambat. Satu hal yang pasti, bila telah terjadi peretasan sebaiknya layanan dihentikan dan harus dilakukan audit forensik digital untuk mengetahui seberapa dalam dampak dari peretasan tersebut," ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Dahlian Persadha menilai cepat atau lambatnya proses pemulihan tergantung pada dampak yang ditimbulkan.
Terkait dengan kasus yang menimpa Tokopedia di mana data 90 juta pengguna diekspos oleh peretas, proses pemulihan atas dampak yang ditimbulkan bisa berlangsung lama. Pasalnya, kebocoran data tersebut dinilai berdampak secara sosial di mana imbasnya sampai ke psikologis pengguna.
"Walaupun saya yakin Tokopedia pasti sudah menutup celah keamanannya yang dijadikan pintu masuk hacker untuk mencuri data pelanggannya," ujar Pratama kepada Bisnis.
Adapun, selain Tokopedia, platform dagang-el lain yakni Bhinneka juga dikabarkan menjadi sasaran pembobolan data oleh peretas.
Kelompok peretas bernama ShinyHunters mengklaim telah membobol sepuluh perusahaan, salah satunya Bhinneka, dan saat ini menjual basis data pengguna perusahaan tersebut di pasar web gelap atau dark web.
Dikutip dari ZDNet, Senin (11/5/2020), para peretas adalah kelompok yang sama yang telah meretas Tokopedia pekan lalu. Peretas dilaporkan membobol 1,2 juta data pengguna Bhinneka.