XL Axiata Bantah Industri Telko Kebal Covid-19

Dhiany Nadya Utami
Senin, 11 Mei 2020 | 21:16 WIB
Karyawan beraktivitas di kantor XL Axiata. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di kantor XL Axiata. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Meskipun sektor telekomunikasi banyak disebut-sebut sebagai bisnis yang paling kebal selama pandemi Covid-19 ini, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengaku telah merasakan sejumlah kendala akibat pandemi.

Hal tersebut diungkapkan Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi VI DPR RI yang digelar melalui sambungan teleconference, Senin (11/5/2020).

Dian mengatakan seluruh industri pasti terdampak oleh Covid-19, tak terkecuali bisnis telekomunikasi. Menurutnya, jika pandemi terus berkepanjangan maka sejumlah tekanan akan dialami oleh bisnis yang digelutinya tersebut.

“Yang pertama adalah harga saham perusahaan telah jauh tertekan [sejak merebaknya Covid-19],” ungkap Dian dalam rapat yang ditayangkan di TV Parlemen, Senin (11/5/2020). 

Berdasarkan pantauan Bisnis, per akhir perdagangan Senin (11/5/2020) harga saham EXCL ada di level 2400 per saham. Adapun saham EXCL tercatat telah terkoreksi cukup dalam sepanjang tahun berjalan yakni 23,81 persen.

Selanjutnya, kata Dian, implementasi bisnis dari rencana kerja perseroan juga mesti diubah dan menyesuaikan dengan keadaan yang ada, seperti alokasi investasi untuk memenuhi kebutuhan trafik pengguna yang meningkat, termasuk menambah coverage dan kapasitas bandwith.

Selain itu, imbuhnya, dampak dari pandemi juga dirasakan oleh mitra bisnis XL Axiata yang mulai kesulitan menjalankan bisnisnya sehingga menyebabkan supply chain perseroan terganggu. 

Dian juga menyebut perseroan berpotensi merugi karena daya beli masyarakat sudah cenderung turun. Meskipun hingga akhir Maret 2020 atau akhir kuartal pertama tahun ini Dian mengaku belum ada dampak signifikan.

“Kami baru mulai melihat dampak itu dari pertengahan April, dimana kami lihat bahwa churn rate  itu sudah mulai naik. Kami perkirakan kenaikan churn karena dampak dari masyarakat yang mulai kehilangan pendapatan,” tutur Dian.

Kemudian Dian juga menyatakan operasional perseroan turut terdampak, dari mulai beban biaya pajak yang masih jalan karena banyak penyesuaian operasional serta pelayanan kepada masyarakat yang terganjal social distancing.

“Meskipun kami sudah dapat surat rekomendasi dari berbagai institusi, tetap ada sejumlah lokasi yang masyarakatnya menolak karyawan kami untuk masuk, sehingga tidak bisa memperbaiki atau memasang perangkat yang baru,” ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper