Perlindungan Data Jadi Isu Utama Keamanan Bisnis di Asia Tenggara

Akbar Evandio
Selasa, 21 April 2020 | 23:35 WIB
Ilustrasi kejahatan siber./Reuters-Kacper Pempel
Ilustrasi kejahatan siber./Reuters-Kacper Pempel
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber global Kaspersky melihat bahwa perlindungan data menjadi isu utama keamanan untuk bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Yeo Siang Tiong, General Manager Asia Tenggara Kaspersky, mengatakan perusahaan-perusahaan di kawasan Asean telah menandai perlindungan data sebagai prioritas utama dalam hal tantangan terkait dengan keamanan teknologi dan informatika.

Masalah dan isu keamanan siber lainnya yang juga penting menurut para responden adalah menjaga hubungan dengan mitra dan pelanggan di era digitalisasi serta memastikan kepatuhan staf terhadap kebijakan keamanan dan persyaratan peraturan.

“Masalah keamanan terkait dengan adopsi infrastruktur cloud dan biaya untuk mengamankan lingkungan teknologi yang semakin kompleks juga dianggap sebagai batu sandungan bagi beberapa bisnis,” jelasnya lewat keterangan resmi, Selasa (21/4/2020).

Dia menjelaskan bahwa perusahaan paling banyak menaruh kecemasan pada serangan yang ditargetkan dan kehilangan data (34 persen), selanjutnya diikuti oleh kebocoran data elektronik dari sistem internal (31 persen).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan hampir 300 pengambil keputusan bisnis TI di Asia Tenggara pada tahun lalu, sebanyak 22 persen responden survei lainnya mengungkapkan kegelisahan terhadap kemungkinan pengawasan atau spionase oleh pesaing.

Selain itu, dua dari sepuluh perusahaan di wilayah tersebut juga mengaku khawatir dalam mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan pada sistem TI yang digunakan.

Insiden yang memengaruhi infrastruktur TI yang diselenggarakan oleh pihak ketiga dan kesalahan penggunaan sumber daya TI oleh karyawan, kedua indikator ini menjadi keprihatinan kritis bagi 18 persen perusahaan di kawasan ini.

“Sangat menggembirakan melihat bahwa perusahaan lokal mulai memprioritaskan keamanan TI mereka. Faktanya, penelitian kami menunjukkan, rata-rata, bisnis di wilayah Asia Tenggara saat ini menghabiskan US$14,4 juta untuk membangun kemampuan keamanan siber mereka,” jelasnya.

Kemudian, dia mengatakan bahwa 84 persen dari para profesional yang disurvei juga mengonfirmasi rencana untuk meningkatkan anggaran pada area ini dalam tiga tahun ke depan.

“Ini menjadi hal sangat penting, mengingat kita berada pada era di mana jaringan menjadi lebih maju dan kompleks, berkat teknologi terobosan seperti Internet of Things, 5G, dan adopsi Industri 4.0 yang begitu cepat,” tambahnya.

Hampir lima dari sepuluh responden menyebutkan meningkatnya kompleksitas infrastruktur TI sebagai faktor untuk meningkatkan anggaran yang diharapkan.

Perusahaan yang disurvei juga mencatat bahwa kenaikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keahlian keamanan spesialis (46 persen) dan disebabkan oleh ekspansi atau kegiatan bisnis baru (39 persen).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper