Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa portable ventilator buatan dalam negeri merupakan hasil pengembangan dari open source yang dimodifikasi. Dengan demikian, penggunannya tidak akan bermasalah dengan hak paten.
"Iya, dari open source dan modifikasi oleh BPPT [Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi] dengan local content hampir 100%," katanya saat dihubungi, Rabu (15/4/2020).
Bambang mengatakan saat ini yang terpenting adalah ventilator tersebut lolos dari uji kesehatan Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, alat tersebut dapat digunakan sebagai penunjang kehidupan pasien COVID-19 dengan kondisi berat.
Dia memperkirakan akhir bulan ini, April 2020, Indonesia akan memiliki 200 unit portable ventilator. Sebanyak dua mitra produksi BPPT telah menyatakan kesanggupan terkait dengan hal itu.
Para mitra industri mengklaim memiliki kapasitas produksi 100 unit ventilator per pekan. Nantinya produksi akan disesuaikan dengan kebutuhan tim Gugus Tugas Covid-19.
Bambang menjelaskan saat ini BPPT memiliki dua mitra industri dan memiliki kemungkinan untuk bertambah menjadi empat mitra.
“Dua lagi sudah nyatakan siap, salah satunya BUMN, yakni Indofarma, sehingga kita harapkan nanti [kapasitas produksi] bisa 400 unit per minggu,” kata Bambang usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo mengenai optimalisasi industri dalam negeri untuk penanganan COVID-19 melalui video conference, Rabu (15/4/2020).
Selain ventilator buatan BPPT, Kemenristek juga mengakomodir usulan desain ventilator dari berbagai pihak. Saat ini kebanyakan berasal dari perguruan tinggi.
Kemenristek akan membantu mencari mitra industri. “Tidak gampang untuk cari mitra industri, karena mereka mungkin belum terbiasa,” kata Bambang.
Hal senada disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Saat ini belum banyak industri yang berminat melakukan kegiatan investasi untuk produksi ventilator.
Namun, Kemenperin saat ini tengah berkoordinasi dengan empat kelompok pengembang ventilator. Sebanyak tiga kelompok di antaranya, yakni tim Universitas Indonesia, tim Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh November, akan mulai produksi sekitar bulan ini.
Sementara itu tim Jojga yang terdiri dari Universitas Gadjah Mada dan tiga korporasi akan mulai berproduksi sekitar Mei dan Juni. Agus menjelaskan bahwa Tim Jogja tidak hanya memproduksi ventilator untuk penanganan COVID-19.
“Mereka bicara ke depan, karena mereka akan produksi ventilator jenis yang high grade,” kata Agus