OYO Melakukan PHK pada 5.000 Orang Karyawannya

Newswire
Jumat, 6 Maret 2020 | 07:19 WIB
Salah satu penginapan di Jakarta yang tergabung di jaringan Oyo./Oyorooms.com
Salah satu penginapan di Jakarta yang tergabung di jaringan Oyo./Oyorooms.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu perusahaan rintisan di bidang virtual hotel operator (VHO) yakni OYO memutuskan untuk memangkas jumlah tenaga kerjanya sekitar 5.000 orang.

Seperti dikutip dari Bloomberg, langkah ini diambil oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Adapun, pemangkasan tenaga kerja paling banyak akan dilakukan di China, Amerika Serikat dan India.

Adapun, langkah perusahaan asal India itu akan membuat jumlah karyawan globalnya secara signifikan, setelah pada Januari 2020 jumlahnya mencapai 30.000 orang.

Pemangkasan jumlah tenaga kerja paling banyak dilakukan di China, terutama setelah merebaknya wabah virus corona atau Covid-19. Dalam hal ini, separuh dari 6.000 karyawan OYO di China akan dirumahkan.

"Sebelumnya, kami sangat aktif berekspansi,menambahkan banyak properti ke platform kami dan membangun merek dan brand perusahaan. Namun pada 2020 ini, fokus kami adalah pertumbuhan dengan profitabilitas," kata pendiri sekaligus Chief Executive Officer Ritesh Agarwal, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (6/3/2020).

Oyo merupakan salah satu startup terbesar yang dimiliki oleh Softbank Group Corp.  Oyo berkembang pesat setelah didirikan pada 2013 sehingga valuasinya mencapai US$10 miliar.

Namun, minat investasi para pemodal akhir-akhir ini mengalami penurunan untuk terus menyediakan pendanaan untuk aksi  ‘bakar duit’ perusahaan. Kasus WeWork menjadi salah satu alasan Softbank Group meminta perusahaan di bawahnya untuk mengejar profitabilitas, termasuk Oyo.

Di sisi lain, kasus wabah virus corona yang menyebar di seluruh dunia, terutama di China, berkontribusi terhadap kinerja Oyo. Pasalnya, China merupakan salah satu negara penting yang dijadikan perusahaan sebagai tujuan ekspansi.

"Di Cina, coronavirus telah menyerang kami dan di provinsi tertentu, kami berusaha keras untuk menjaga hotel tetap terbuka, sebanyak mungkin, Saat ini waktu yang sulit bagi mitra hotel kami dan juga kami sendiri," kata Agarwal. "

Agarwal melanjutkan, saat ini perusahaan juga sedang memperbaiki tata kelola perusahaan dan memperbaiki hubungan dengan mitra pengelola hotel. Pasalnya, baru-baru ini muncul gelombang protes dari mitra pengelola hotel di China dan Jepang. .

Knedati demikian, dia meyakini apabila proses perbaikan tata kelola dan perusahaan bisa mencatatkan profit yang signifikan, maka perusahaan akan merekrut tenaga kerja lebih banyak.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Newswire
Sumber : bl
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper