CEO Nokia Mundur Setelah Berjuang Membangun 5G

Reni Lestari
Senin, 2 Maret 2020 | 20:47 WIB
Nokia/Istimewa
Nokia/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - CEO Nokia Oyj, Rajeev Suri, mengundurkan diri setelah lebih dari setengah dekade berada di pucuk pimpinan perusahaan jaringan asal Finlandia itu. Dilansir Bloomberg, Senin (2/3/2020), menurut sebuah pernyataan, Suri akan digantikan oleh Pekka Lundmark, CEO Fortum Oyj.

Suri, yang telah berada di Nokia selama 25 tahun, menjadi CEO setelah menjalankan usaha patungan Nokia Siemens Networks. Dia akan meninggalkan posisinya pada 31 Agustus mendatang dan akan menjadi penasihat Dewan Nokia hingga 1 Januari 2021.

Selama menjabat CEO, Suri telah memperjuangkan perusahaan ini untuk masuk ke pasar jaringan generasi kelima atau 5G. Persaingan ketat yang dihadapi Nokia memaksanya mulai mengeksplorasi opsi strategis, termasuk penjualan aset potensial atau merger.

Kejatuhan ini terjadi ketika Nokia tengah bersiap menggelar peluncuran besar-besaran jaringan seluler 5G, di tengah masalah pengembangan chipset. Polemik ini membuatnya tertinggal dibandingkan dengan pesaingnya seperti Ericsson AB dan raksasan teknologi China, Huawei. Akibatnya, Nokia terpaksa mengambil langkah alternatif yang lebih mahal, yakni menambah biaya dan mengikis laba.

Pada Oktober tahun lalu, Nokia membuat geram para investor ketika menangguhkan dividen dan memangkas pendapatannya, menghapus 23 persen harga saham dalam satu hari. Selama 12 bulan terakhir, perusahaan telah kehilangan sekitar sepertiga dari nilai pasarnya.

Risto Siilasmaa, ketua Dewan Nokia dalam sebuah pernyataan mengatakan, sebagai pengganti Suri, Nokia mendapatkan CEO yang secara konsisten memberikan pengembalian pemegang saham total yang kuat, berhasil memperbarui strategi perusahaan, dan memposisikannya untuk menjadi pemain yang kuat dalam sektor energi global yang berubah.

"Dia [Lundmark] memiliki catatan kepemimpinan dan penciptaan nilai pemegang saham di perusahaan bussines-to-bussines yang besar; pengalaman mendalam pada jaringan telekomunikasi, digitalisasi industri, dan pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat dan Cina; serta fokus pada kejelasan strategis, keunggulan operasional dan kinerja keuangan yang kuat," kata Risto.

Lundmark memiliki rekam jejak dalam melakukan transaksi besar, setelah merekayasa perolehan Fortum dari Jerman senilai US$6,9 miliar untuk utilitas Jerman dengan bantuan investor Elliott dan Knight Vinke.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper