Sediakan Jasa Pembayaran Pendidikan, Dompet Digital Incar Hal ini

Akbar Evandio
Kamis, 20 Februari 2020 | 17:14 WIB
Petugas Bank Indonesia (BI) Tegal mempraktekkan cara melakukan pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik dan mobile banking saat peluncuran dan implementasi QR Code Indonesian Standard (QRIS) untuk desa wisata di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/2/2019). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Petugas Bank Indonesia (BI) Tegal mempraktekkan cara melakukan pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik dan mobile banking saat peluncuran dan implementasi QR Code Indonesian Standard (QRIS) untuk desa wisata di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/2/2019). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Para pelaku usaha dompet digital atau fintech dinilai mengincar keuntungan yang didapat dari nilai seumur hidup pelanggan (customer lifetime value/CLV), ketika membuka jasa pembayaran digital untuk pendidikan.

Seperti diketahui, langkah tersebut telah dilakukan Gojek dengan menyediakan jasa pembayaran sumbangan pembinaan pendidikan  (SPP) dan biaya pendidikan lain seperti buku, seragam, dan kegiatan ekstrakurikuler dengan GoPay melalui fitur GoBills.

Hal serupa dilakukan oleh Ovo ketika menggandeng Tokopedia dalam menyediakan pembayaran kuliah berbasis digital di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Bahkan Ovo menjanjikan bakal menyediakan  diskon pengembalian uang (cashback)pada periode-periode tertentu.

Menanggapi hal itu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Amvesindo Edward Ismawan Chamdani mengatakan tren yang terjadi saat ini, penyedia layanan pembayaran ingin merambah penggunaan ke segmen yang lebih luas.

Dia mengatakan bahwa sektor edukasi sangat menarik, sehingga banyak perusahaan dompet digital atau teknologi finansial (tekfin/fintech)  yang menyasar sektor tersebut.

“Hal paling menarik dari edukasi adalah nilai seumur hidup pelanggan (CLV), sehingga para pelaku fintech dapat menangkap ragam segmen mulai dari pelajar, maupun orang tua dengan ragam fitur,” terangnya saat dihubungi Bisnis, Kamis, (20/2).

Menurutnya, pelaku usaha fintech dapat menangkap CLV pelanggan melalui pola hidup dan kebutuhan konsumen yang dituju dari sektor edukasi. Hal itu salah satunya tampak dari aktivitas orang tua yang membayar sekolah atau kuliah anaknya dan murid atau mahasiswa yang membutuhkan layanan tabungan.

“Ke depan, menurut saya permainan di fintech pembayaran memang seperti itu, mereka akan mencari jalur di mana bisa melakukan cross-selling dan up-selling dengan berbagai macam layanan,” tuturnya.

Untuk diketahui cross-selling adalah tindakan atau praktik penjualan produk atau layanan tambahan kepada pelanggan yang sudah ada.

Kemudian up-selling adalah teknik penjualan di mana penjual mendorong pelanggan untuk membeli barang yang lebih mahal, dengan disertai peningkatan atau pemberian nilai tambah lainnya dalam upaya untuk membuat penjualan yang lebih menguntungkan.

Dia memperkirakan perusahaan dompet digital atau fintech ke depannya dapat menghadirkan layanan yang lebih luas dibandingkan jasa pembayaran pendidikan. Layanan tambahan itu antara lain kredit pendidikan atau cicilan untuk pembayaran SPP dan uang kuliah tetap (UKT).

“Tetapi tidak menutup kesempatan untuk mereka membuka tawaran baru ke segmen yang makin luas seperti tabungan sekolah mereka bisa kerjasama dengan asuransi dan unit link,” ungkapnya.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper